Di tengah dinamika pendidikan nasional yang terus berkembang, guru menjadi ujung tombak transformasi pembelajaran. Standar penilaian yang holistik, autentik, dan berkelanjutan bukan lagi sekadar dokumen kebijakan, melainkan alat nyata untuk mengukur pertumbuhan murid secara menyeluruh — mulai dari keimanan, akhlak mulia, hingga kemampuan berpikir kritis dan kolaboratif. Bagi guru, tantangan terbesar bukan pada memahami regulasi, melainkan pada bagaimana mengintegrasikannya secara alami ke dalam rutinitas kelas sehari-hari tanpa menambah beban administratif.

Artikel ini menyajikan strategi praktis, berjenjang, dan mudah diterapkan bagi guru di PAUD, sekolah dasar, menengah, maupun madrasah, sehingga standar penilaian benar-benar menjadi bagian dari proses pembelajaran yang menggembirakan, bukan sekadar laporan akhir semester.

Memahami Inti Standar Penilaian sebagai Pedoman Harian Guru

Standar penilaian pendidikan pada PAUD, jenjang dasar, dan menengah menekankan pendekatan holistik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian tidak lagi didominasi angka, melainkan umpan balik yang membangun, autentik, dan berkelanjutan. Guru dituntut untuk mengumpulkan bukti pencapaian murid melalui berbagai cara — observasi, portofolio, proyek, refleksi diri, hingga asesmen formatif harian — yang selaras dengan capaian pembelajaran fase per fase.

Pendekatan ini diperkuat dengan prinsip pembelajaran mendalam (memahami-mengaplikasi-merefleksi), diferensiasi, personalisasi, serta integrasi kokurikuler dan STEM. Di madrasah, penilaian juga memperhatikan dimensi cinta, harmoni, dan moderasi beragama sebagai wujud pembentukan karakter anak bangsa yang beriman dan bertakwa.

Ringkasan Regulatatif yang Menjadi Acuan Guru di Lapangan

Beberapa regulasi utama yang menjadi pegangan guru dalam menerapkan standar penilaian:

  • Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022 tentang Standar Penilaian: penilaian harus holistik, autentik, berkelanjutan, menggunakan berbagai teknik dan instrumen.
  • Permendikdasmen No. 10 Tahun 2025 tentang Standar Kompetensi Lulusan: guru mengukur pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terintegrasi.
  • Permendikdasmen No. 12 Tahun 2025 tentang Standar Isi: ruang lingkup materi menjadi dasar desain asesmen autentik.
  • Kepka BSKAP No. 046/H/KR/2025 tentang Capaian Pembelajaran: acuan utama guru dalam menentukan indikator pencapaian fase.
  • Panduan Pembelajaran dan Asesmen Edisi Revisi 2025: panduan teknis penggunaan asesmen formatif, portofolio, dan deskripsi naratif.
  • Panduan Kokurikuler 2025 & Panduan Pembelajaran STEM 2025: penilaian proyek kokurikuler dan STEM wajib terintegrasi ke rapor.
  • Kepdirjen Pendis No. 6077 Tahun 2025 & KMA No. 1503 Tahun 2025: di madrasah, penilaian harus mencerminkan nilai-nilai cinta, kebhinekaan, dan moderasi beragama.

Semua regulasi ini saling menguatkan agar penilaian menjadi proses yang memuliakan murid.

Implikasi bagi Guru: Dari Kebijakan ke Praktik Keseharian

Guru tidak lagi hanya “mengajar dan menguji”, melainkan menjadi fasilitator pertumbuhan. Implikasinya:

  • Waktu penilaian bergeser dari akhir semester ke sepanjang proses pembelajaran.
  • Guru harus terbiasa menulis deskripsi naratif yang bermakna, bukan hanya angka.
  • Portofolio dan proyek kokurikuler menjadi bukti utama pencapaian, bukan hanya nilai ulangan harian.
  • Di madrasah, penilaian sikap keagamaan (pembiasaan salat, akhlak, moderasi beragama) memiliki bobot yang sama pentingnya dengan mata pelajaran umum.

Strategi Implementatif Praktis: 7 Langkah Mudah Guru di Kelas

Berikut strategi berjenjang yang sudah banyak guru terapkan dengan sukses:

  1. Mulai dari Diagnosis Awal (Minggu 1–2)
    Gunakan Tes Kemampuan Awal (Kepmendikdasmen No. 95/M/2025) atau asesmen diagnostik sederhana untuk memetakan fase capaian murid. Hasilnya langsung dijadikan dasar diferensiasi konten dan penilaian.
  2. Susun Peta Penilaian Semester di Awal
    Buat tabel sederhana: “Apa yang akan dinilai? Kapan? Dengan cara apa?” Sertakan minimal 40–50 % bobot dari asesmen formatif dan kokurikuler.
  3. Gunakan 4 Teknik Penilaian Harian yang Ringan
  • Observasi + catatan anekdot (PAUD & kelas rendah)
  • Pertanyaan terbuka + umpan balik lisan (semua jenjang)
  • Tugas autentik mingguan (misal: jurnal refleksi, foto proyek)
  • Peer assessment dengan rubrik sederhana
  1. Integrasikan Kokurikuler & STEM Secara Otomatis
    Setiap proyek kokurikuler (misal: proyek lingkungan, budaya, atau moderasi beragama) wajib punya rubrik penilaian yang langsung masuk rapor. Gunakan template dari Panduan Kokurikuler 2025.
  2. Kumpulkan Portofolio Digital atau Fisik
    Satu map per murid berisi karya terbaik + refleksi diri. Di madrasah, tambahkan dokumentasi pembiasaan nilai cinta (misal: foto kegiatan sosial, catatan tilawah).
  3. Tulis Deskripsi Naratif yang Bermakna (bukan Template Kosong)
    Contoh:
    “Awal semester Andi kesulitan bekerja sama dalam kelompok STEM. Setelah proyek turbin angin dan refleksi mingguan, Andi kini mampu memimpin diskusi dan menghargai pendapat teman. Kemajuan ini terlihat jelas pada sikap gotong royong dan kemampuan berpikir kritisnya.”
  4. Lakukan Refleksi Bersama Murid Setiap Akhir Bulan
    Ajak murid membaca portofolio mereka, menulis “Apa yang sudah saya capai?” dan “Apa yang ingin saya tingkatkan?” Ini sekaligus melatih dimensi olah hati dan refleksi diri.

Contoh Nyata dari Berbagai Jenjang

PAUD
Guru menggunakan observasi bermain peran + foto + catatan anekdot. Rapor berisi deskripsi: “Zahra semakin percaya diri berekspresi melalui drama, menunjukkan perkembangan olah rasa yang baik.”

SD Kelas 4
Proyek STEM “Membuat Jembatan dari Stik Es Krim”. Penilaian: 40 % proses kolaborasi (observasi), 30 % produk, 30 % refleksi tertulis. Hasil masuk rapor sebagai bukti pencapaian IPA dan PPKn.

SMP/MTs
Proyek kokurikuler “Moderasi Beragama di Lingkunganku”. Murid wawancara tetangga beda agama, buat video pendek, lalu refleksi. Guru nilai dengan rubrik: pemahaman konsep (30 %), sikap toleransi (40 %), keterampilan komunikasi (30 %).

SMA/MA
Portofolio mata pelajaran Fisika + proyek STEM energi terbarukan. Rapor berisi grafik kemajuan + deskripsi naratif panjang tentang bagaimana murid mengaplikasikan konsep termodinamika dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel Ringkasan Teknik Penilaian yang Paling Efektif di Kelas

JenjangTeknik DominanProporsi IdealContoh Instrumen
PAUDObservasi + anekdot70 % formatifFoto, video, catatan perkembangan
SD Kelas 1–3Tugas autentik + portofolio60 % formatifGambar, cerita, jurnal sederhana
SD Kelas 4–6Proyek kokurikuler + refleksi50 % formatifRubrik proyek, peer assessment
SMP/MTsPortofolio digital + proyek50 % formatifGoogle Sites, Canva, video refleksi
SMA/MAPortofolio + asesmen berbasis kompetensi40–50 % formatife-Portfolio, laporan proyek riset

Menuju Kelas yang Memuliakan Murid

Ketika guru berhasil menerapkan strategi di atas, yang terjadi bukan hanya rapor yang lebih bermakna, tetapi juga murid yang semakin mencintai proses belajar. Mereka tidak lagi takut “nilai jelek”, karena mereka tahu setiap usaha dan kemajuan dihargai. Di madrasah, murid tumbuh dengan akhlak mulia dan rasa cinta yang nyata. Di sekolah umum, mereka siap menghadapi tantangan abad 21 dengan percaya diri.

Standar penilaian 2022–2025 bukan beban baru, melainkan undangan bagi setiap guru untuk menjadi pendamping yang bijaksana dalam perjalanan pertumbuhan murid. Mulailah dari satu langkah kecil hari ini — satu observasi, satu umpan balik hangat, satu refleksi bersama — dan saksikan bagaimana kelas Anda bertransformasi menjadi ruang yang penuh rahmat dan keajaiban belajar.