Pendahuluan

Bayangkan seorang siswa kelas 6 SD atau MI yang baru saja menyelesaikan proyek membuat kincir air. Guru bertanya: “Bagus sekali karyamu! Sekarang coba jawab tiga pertanyaan ini:

  1. Apa yang sudah kamu pahami dari proyek ini?
  2. Bagaimana cara kamu sampai pada pemahaman itu?
  3. Apa yang akan kamu lakukan berbeda kalau mengulang proyek ini?”

Anak itu diam sebentar, lalu matanya berbinar: “Oh… aku baru sadar kalau aku sudah bisa menghitung gaya angin, tapi aku masih lemah memotong kayu lurus. Besok aku mau latihan dulu sebelum rakit.”
Saat itu juga, anak itu tidak hanya mencapai Capaian Pembelajaran (CP), tapi juga melampaui CP—karena ia sudah memiliki kemampuan metakognisi: berpikir tentang cara berpikirnya sendiri.

Inilah kekuatan refleksi sederhana yang menjadi jantung Kurikulum 2025.

Dasar Regulatif yang Sangat Jelas

  • Kepka BSKAP 046/H/KR/2025 → setiap CP harus diukur tidak hanya dari “hasil” tapi juga dari “proses berpikir siswa”.
  • Panduan Pembelajaran dan Asesmen Revisi 2025 → menegaskan bahwa asesmen formatif wajib mencakup metakognisi.
  • Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022 → penilaian harus memberikan umpan balik yang mendorong siswa merefleksikan proses belajarnya.
  • Di madrasah, Kurikulum Berbasis Cinta (Kepdirjenpendis 6077/2025) menambahkan dimensi muhāsabah (refleksi hati) sebagai bagian tak terpisahkan dari metakognisi.

Artinya: refleksi bukan tambahan, melainkan kewajiban.

Mengapa Metakognisi Begitu Penting di 2025?

Neurosains membuktikan: anak yang rutin melatih metakognisi memiliki korteks prefrontal yang lebih tebal → kemampuan mengendalikan diri, merencanakan, dan belajar dari kesalahan meningkat drastis.
Dalam bahasa Profil Pelajar Pancasila, metakognisi adalah “mesin” di balik dimensi “mandiri” dan “bernular kritis”.

7 Teknik Refleksi Sederhana yang Langsung Bisa Dipakai Besok Pagi

(untuk PAUD sampai SMA/Madrasah)

NoTeknik RefleksiUsia/FaseCara Pakai (30 detik–3 menit)Contoh Pertanyaan / Kalimat Pembuka
1Lampu Lalu LintasSemuaGambar lampu merah-kuning-hijau. Tulis/gambar di setiap warnaMerah: Apa yang masih sulit? Kuning: Apa yang sudah mulai bisa? Hijau: Apa yang sudah hebat?
23–2–1Fase A–DTulis 3 hal yang dipelajari, 2 hal yang membantu, 1 hal yang akan diubah“Hari ini aku belajar 3…, dibantu 2…, besok mau ubah 1…”
3Jempol–Telunjuk–KelingkingPAUD–Fase BAngkat jempol (senang), telunjuk (sulit), kelingking (besok mau coba)Tanpa kata-kata, cukup angkat jari
4Tiket KeluarFase C–FDi akhir pelajaran, siswa tulis satu kalimat di kertas kecil sebelum boleh pulang“Hari ini aku membawa pulang pemahaman tentang …”
5Refleksi Spiritual (Madrasah)SemuaTambahkan satu kalimat syukur atau doa“Alhamdulillah hari ini aku bisa… Semoga besok aku lebih…”
6Skala 1–10 + AlasanFase D–F“Seberapa paham kamu hari ini? (1–10). Tulis satu alasan”Skala 7 → “Karena aku masih bingung rumus, tapi sudah bisa contoh soal 1–5”
7Refleksi Kelompok “Rose–Bud–Thorn”Fase C–FRose (yang indah), Bud (yang sedang tumbuh), Thorn (yang menyakitkan/masih sulit)Digunakan akhir proyek kokurikuler atau STEM

Contoh Nyata di Lapangan (Bisa Langsung Ditiru)

Kelas 5 MI di Bandung – Proyek STEM “Kincir Air Tenaga Cinta”
Akhir proyek, guru memakai teknik “Lampu Lalu Lintas”:

  • Merah: “Aku masih takut solder, tanganku gemetar”
  • Kuning: “Aku sudah bisa menghitung berapa volt yang dihasilkan”
  • Hijau: “Aku berhasil membuat lampu menyala + doa syukur bareng teman”

Hasil: dalam 1 semester, 92 % siswa naik 1–2 fase CP Fisika dan Matematika, sekaligus meningkat skor regulasi emosi dari asesmen awal.

PAUD Taman Belajar Ceria – Teknik Jempol–Telunjuk–Kelingking
Setiap hari sebelum pulang, anak-anak angkat jari:

  • Jempol → “Aku senang bermain blok!”
  • Telunjuk → “Susah menyusun tinggi”
  • Kelingking → “Besok mau minta bantuan teman dulu”

Orang tua kaget: anak yang tadinya tak bisa cerita, sekarang pulang sambil bercerita panjang lebar.

Tabel Ringkasan Manfaat Metakognisi Terhadap CP 2025

Dimensi CPDampak Metakognisi Rutin
Sikap & Nilai AgamaAnak sadar proses berubah menjadi lebih sabar & syukur
PengetahuanAnak tahu cara belajar yang cocok untuk dirinya
KeterampilanAnak mampu memperbaiki kesalahan sendiri
Profil Pelajar PancasilaMandiri + Bernalar Kritis langsung terbentuk otomatis

Penutup: Mulai dari 30 Detik Saja

Anda tidak perlu tools mahal atau aplikasi baru. Cukup satu teknik di atas, lakukan rutin setiap akhir pembelajaran atau akhir hari.

30 detik refleksi setiap hari =
30 tahun ke depan anak memiliki kemampuan belajar mandiri seumur hidup.

Guru hebat bukan yang paling banyak mengajar,
melainkan yang berhasil membuat anak mampu belajar tanpa guru.

Mari mulai besok pagi dengan satu pertanyaan sederhana:
“Hari ini kamu sudah sampai mana, dan bagaimana cara kamu tahu kamu sudah sampai di sana?”

Dari pertanyaan itu, Capaian Pembelajaran 2025 tidak lagi menjadi target mati di kertas,
melainkan menjadi perjalanan sadar yang penuh makna dan cinta.

Refleksi sederhana. Dampak seumur hidup.
Mulai sekarang.