Bayangkan dulu Anda datang ke sekolah hanya untuk ambil rapor, tanya nilai, lalu pulang. Kini, saat anak pulang sekolah, ia cerita: “Bu, hari ini aku bikin filter air dari botol bekas, besok mau lanjut di rumah ya?” Anda tersenyum—dan sadar: rumah kini jadi kelas lanjutan. Itulah perubahan terbesar yang dibawa Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025 dan seluruh turunannya.
Masalah Umum yang Dulu Sering Terjadi
- Orang tua merasa “tugas mendidik itu sekolah saja”.
- Anak pulang sekolah langsung les, gadget, atau tidur—tidak ada kelanjutan pembelajaran.
- Kokurikuler di sekolah jadi terputus di rumah.
- Orang tua bingung menilai anak: “Kok rapornya bagus tapi anakku kok pemarah?”
Apa yang Secara Resmi Berubah di Tahun 2025
- Kurikulum baru (Permendikdasmen 13/2025) menjadikan kokurikuler sebagai komponen wajib dan terintegrasi dengan intrakurikuler.
- Panduan Kokurikuler 2025 secara eksplisit menyatakan: orang tua adalah mitra utama satuan pendidikan dalam merancang dan melaksanakan proyek kokurikuler.
- Standar Kompetensi Lulusan (Permendikdasmen 10/2025) menekankan 8 dimensi Profil Pelajar Pancasila yang tidak mungkin tercapai hanya di sekolah—harus ada penguatan di rumah.
- Asesmen kini berbasis portofolio dan refleksi, bukan hanya angka. Orang tua diminta ikut membaca jurnal refleksi anak.
Singkatnya: orang tua bukan lagi penonton, tapi co-creator pendidikan anak.
Strategi Praktis yang Bisa Langsung Anda Lakukan Mulai Hari Ini
Langkah untuk Orang Tua
- Buat “Kontrak Keluarga” sederhana
Tulis di kertas besar:- Tema kokurikuler semester ini: ……………
- Di rumah kami akan mendukung dengan: ……………
- Jadwal rutin (misal: Sabtu pagi 1 jam proyek bersama)
- Tanyakan 3 pertanyaan ajaib setiap anak pulang sekolah
- Hari ini kamu paling senang mengerjakan apa?
- Apa yang masih ingin kamu pelajari lebih dalam?
- Bagaimana aku bisa bantu di rumah?
- Jadikan rumah sebagai “laboratorium kokurikuler”
- Tema Gaya Hidup Berkelanjutan → tanam sayur di pot bekas
- Tema Kewirausahaan → jualan takjil/kue buatan anak di lingkungan
- Tema Kearifan Lokal → ajak nenek cerita dongeng, rekam, buat buku digital
- Gunakan asesmen yang sama dengan sekolah
Foto/video proses anak → simpan di folder Google Drive bersama → tulis refleksi singkat: “Hari ini aku belajar sabar karena tanaman tidak langsung besar.”
Contoh Nyata yang Sudah Berhasil
Seorang ibu di Bandung anaknya dapat proyek kokurikuler “Energi Terbarukan”. Di sekolah anak membuat kincir air kecil. Di rumah, ibu dan anak membuat turbin dari sendok plastik dan botol air mineral, lalu pasang di selokan. Hasilnya? Anak paham konsep energi lebih dalam daripada hafalan, ayah yang biasanya cuek ikut membantu, dan tetangga jadi ikutan diskusi lingkungan.
Sudut Pandang Neurosains, Psikologi, dan Spiritual-Modern
- Neurosains: ketika orang tua terlibat, anak mengalami “co-regulation” emosi—otak anak lebih tenang, lebih mudah belajar mendalam.
- Psikologi (Self-Determination Theory): anak butuh 3 hal—autonomy, competence, relatedness. Di rumah Anda bisa beri ketiganya: anak pilih proyek sendiri (autonomy), berhasil membuat sesuatu (competence), bersama orang tua (relatedness).
- NLP – Reframing: ubah kalimat dari “Aku tidak mengerti pelajaran anak” menjadi “Aku sedang belajar bersama anakku, dan itu luar biasa.”
- Spiritual-modern: mendampingi anak mengerjakan proyek adalah ibadah—mengantar amanah mendidik generasi yang berakhlak dan bermanfaat.
Ringkasan Poin Penting
- Orang tua kini mitra resmi sekolah (bukan tamu rapor saja)
- Rumah adalah kelas lanjutan kokurikuler
- Tugas utama: mendengarkan, mendampingi proses, merayakan usaha
- Mulai dari satu proyek kecil → dampaknya besar seumur hidup
Ajakan Refleksi Malam Ini
Sebelum tidur, buka catatan HP dan tulis:
“Proyek kokurikuler anak semester ini apa?
Besok pagi aku akan mulai mendampingi dengan cara apa?”
Karena anak yang didampingi orang tuanya dengan penuh cinta,
akan tumbuh jadi manusia yang tidak hanya pintar, tapi juga utuh, bahagia, dan peduli.
Satu rumah yang berubah, akan mengubah bangsa.
Mulai dari rumah Anda, mulai malam ini.