Daftar Isi
- Apa Itu Moderasi Beragama dalam Konteks Kurikulum Berbasis Cinta?
- Mengapa Moderasi Beragama Menjadi Fokus Utama dalam KBC?
- Bagaimana Guru Mengintegrasikan Moderasi Beragama dalam Pembelajaran?
- Bagaimana Orang Tua Mendukung Moderasi Beragama di Rumah?
- Apa Tantangan dan Solusi dalam Implementasi Moderasi Beragama di KBC?
- Kesimpulan
Diva Pendidikan – Peran moderasi beragama dalam Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) KMA 1503 Tahun 2025 menjadi pilar penting untuk membentuk karakter anak madrasah yang toleran, inklusif, dan harmonis, sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama. Bagi guru dan orang tua, pendekatan ini menawarkan strategi praktis untuk mengajarkan nilai cinta sesama dan cinta tanah air melalui nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin, sehingga anak tumbuh menjadi generasi yang menghargai keberagaman di tengah masyarakat multikultural Indonesia. Artikel ini akan membahas makna moderasi beragama dalam KBC, integrasinya dengan Panca Cinta, strategi penerapan di madrasah dan rumah, serta contoh nyata yang dapat direplikasi.

Apa Itu Moderasi Beragama dalam Konteks Kurikulum Berbasis Cinta?
Moderasi beragama dalam KBC didefinisikan sebagai sikap tengah, seimbang, dan tidak ekstrem dalam beragama, yang diwujudkan melalui nilai-nilai cinta untuk membangun harmoni sosial, sebagaimana diuraikan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6077 Tahun 2025 tentang Panduan Kurikulum Berbasis Cinta.
Landasan Hukum dan Filosofis
Landasan utamanya meliputi:
- Perpres Nomor 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama, yang menjadi dasar nasional.
- KMA 1503 Tahun 2025, yang mengintegrasikan moderasi ke dalam Panca Cinta, khususnya cinta diri-sesama dan cinta tanah air.
- Nilai Islam seperti rahmah (kasih sayang) dari Al-Quran dan Hadis, yang menekankan toleransi sebagai bagian dari akhlak mulia.
Pendekatan ini selaras dengan Standar Kompetensi Lulusan (Permendikdasmen Nomor 10 Tahun 2025) yang menargetkan sikap toleransi dan kerjasama antarumat beragama.
Mengapa Moderasi Beragama Menjadi Fokus Utama dalam KBC?
Moderasi beragama menjadi fokus karena Indonesia merupakan negara dengan keberagaman agama tertinggi, di mana pendidikan berbasis cinta harus mampu mencegah intoleransi dan radikalisme sejak dini, sekaligus memperkuat identitas keislaman yang inklusif.
Dampak Moderasi Beragama terhadap Pembentukan Karakter Anak
Dampak positifnya mencakup:
- Mengembangkan sikap menghargai perbedaan sebagai rahmat, bukan ancaman.
- Meningkatkan empati dan dialog lintas agama, mengurangi potensi konflik sosial.
- Membentuk generasi yang menjunjung tinggi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika melalui praktik kasih sayang.
Implementasi ini mendukung tujuan KBC untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan harmonis, sebagaimana diarahkan dalam panduan pembelajaran kokurikuler dan asesmen formatif.
Bagaimana Guru Mengintegrasikan Moderasi Beragama dalam Pembelajaran?
Guru dapat mengintegrasikan nilai moderasi beragama melalui pendekatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, sesuai Panduan Kokurikuler 2025 dan Panduan Pembelajaran dan Asesmen 2025.
Strategi Praktis di Madrasah
Beberapa strategi efektif:
- Intrakurikuler — Integrasikan materi Aqidah Akhlak dengan diskusi tentang toleransi berbasis Al-Quran (misalnya QS. Al-Hujurat: 13).
- Kokurikuler — Adakan kegiatan lintas agama seperti kunjungan ke tempat ibadah lain atau dialog keagamaan.
- Ekstrakurikuler — Bentuk klub moderasi beragama yang melakukan proyek sosial bersama siswa dari latar belakang berbeda.
- Budaya Madrasah — Biasakan salam lintas agama dan peringatan hari besar keagamaan secara bersama.
Contoh: Madrasah yang mengadakan “Hari Toleransi” dengan kegiatan kolaboratif berhasil meningkatkan sikap saling menghargai antar siswa.
Bagaimana Orang Tua Mendukung Moderasi Beragama di Rumah?
Orang tua berperan penting dalam memperkuat nilai moderasi beragama melalui aktivitas keluarga sehari-hari, menciptakan konsistensi antara rumah dan madrasah.
Tips Parenting Praktis Berbasis Moderasi
- Ajarkan anak menghormati tetangga beda agama melalui kunjungan dan saling membantu.
- Diskusikan perbedaan agama dengan cara positif, misalnya “Setiap agama mengajarkan kasih sayang”.
- Libatkan anak dalam kegiatan sosial lintas agama, seperti bakti sosial bersama komunitas.
- Gunakan media cerita atau film yang menampilkan harmoni keberagaman.
Kolaborasi orang tua dengan madrasah melalui pertemuan rutin akan mempercepat pembentukan sikap moderat pada anak.
Apa Tantangan dan Solusi dalam Implementasi Moderasi Beragama di KBC?
Tantangan utama meliputi resistensi budaya lokal, keterbatasan pemahaman guru, dan pengaruh media sosial yang ekstrem. Solusi praktis mencakup:
- Pelatihan guru tentang moderasi beragama secara berkala.
- Sosialisasi kepada orang tua melalui program parenting.
- Penggunaan teknologi pendidikan yang aman untuk mempromosikan nilai toleransi.
Contoh sukses: Madrasah yang melibatkan komunitas lokal dalam kegiatan KBC berhasil menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan inklusif.
Kesimpulan
Peran moderasi beragama dalam Kurikulum Berbasis Cinta menjadi jembatan yang kuat antara nilai Islam rahmatan lil ‘alamin dan keberagaman bangsa, membentuk anak madrasah yang toleran, empati, dan cinta tanah air. Pendekatan holistik ini, didukung regulasi nasional dan praktik nyata, menawarkan solusi berkelanjutan untuk pendidikan karakter di era multikultural.
Baca juga: Membangun Karakter Anak melalui Kurikulum Berbasis Cinta: Strategi Holistik untuk Guru dan Orang Tua
Mulailah terapkan nilai moderasi beragama hari ini di rumah atau madrasah Anda—rencanakan satu kegiatan toleransi sederhana minggu ini, kolaborasi dengan guru atau orang tua lain, dan bagikan pengalaman Anda untuk memperluas dampak KBC yang inklusif dan harmonis!
Lihat dan pelajari contoh perangkat ajar DISINI.

