Pembuka yang Menyentuh Pengalaman Guru dan Orang Tua

Anda pernah merasa bingung: “Ada Kepdirjen 6077/2025 tentang Kurikulum Berbasis Cinta, tapi kok di sekolah/madrasah masih diminta mengisi rapor sesuai Permendikdasmen 21/2022? Ada Panduan Kokurikuler 2025, tapi kok guru kelas bilang ‘proyeknya nanti saja’? Ada Panduan Pembelajaran STEM 2025, tapi kok anak pulang tetap hanya hafalan?”
Rasa itu wajar. Kita semua ingin anak-anak mencintai Allah, mencintai ilmu, mencintai lingkungan, mencintai bangsa—tapi regulasi baru datang bertubi-tubi, dan kita takut salah langkah.
Artikel ini hadir sebagai pelukan hangat: semua regulasi 2022–2025 sebenarnya satu napas yang sama—napas cinta.

Masalah Umum yang Sering Terjadi

Guru merasa “terjepit” antara regulasi Kemdikbudristek dan Kemenag. Kepala madrasah bingung mana yang prioritas. Orang tua melihat anak tetap stres ujian, padahal katanya kurikulum sudah berbasis cinta. Akhirnya, semua regulasi baru hanya jadi tumpukan PDF di HP—tidak pernah benar-benar hidup di kelas dan rumah.

Penjelasan Inti: Esensi Kebijakan dan Sains Belajar

Semua regulasi nasional 2022–2025 (Permendikdasmen 10, 12, 13 Tahun 2025; Permendikbudristek 16 & 21 Tahun 2022; Kepka BSKAP 046/H/Kr/2025; Kepdirjen Pendis 6077/2025; KMA 1503/2025; Panduan Kokurikuler, PPA Revisi, dan STEM 2025) memiliki satu benang merah: mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang beriman dan bertakwa melalui pembelajaran mendalam, personal, dan penuh cinta.
Kurikulum Berbasis Cinta (Kepdirjen 6077/2025) bukan “kurikulum tambahan”, melainkan jiwa yang menghidupkan semua standar nasional tersebut.

Neurosains membuktikan: ketika anak merasa “dicintai dan mencintai” dalam setiap proses belajar, dopamin, oksitosin, dan serotonin melonjak—neuroplasticity terbuka lebar, memori emosional permanen terbentuk, dan karakter tumbuh seumur hidup.

Strategi Praktis (Tiga Level)

A. Untuk Guru Madrasah dan Sekolah

  1. Satu Halaman “Peta Cinta”
    Buat satu lembar kertas berjudul “Minggu Ini Kami Hidupkan Cinta Lewat…”, tempel di papan kelas. Tulis:
  • Standar Proses (Permendikbudristek 16/2022) → ritual pembuka cinta 2 menit
  • Standar Penilaian (Permendikbudristek 21/2022) → portofolio proses + surat cinta guru
  • Capaian Pembelajaran (Kepka BSKAP 046/2025) → ditulis ulang dengan bahasa hati
  • Panca Cinta (Kepdirjen 6077/2025) → satu pilar difokuskan per minggu
  • Proyek Kokurikuler (Panduan Kokurikuler 2025) → satu stasiun pilihan anak
  1. Rapet Mingguan 15 Menit
    Guru PAI + guru kelas duduk bersama Jumat sore: “Minggu depan kita hidupkan cinta Allah lewat tema air—bagaimana caranya di IPA, Matematika, dan tahfidz?”
  2. Laporan Bulanan “Jejak Cinta”
    Ganti laporan panjang dengan foto + satu kalimat refleksi guru dan anak.

B. Untuk Kepala Madrasah/Sekolah

  1. Satu Kalimat Visi Sekolah 2025–2030
    Contoh: “Madrasah kami adalah rumah cinta tempat setiap anak bertumbuh menjadi khalifah yang mencintai Allah, ilmu, lingkungan, dan bangsanya.”
  2. Kalender Cinta Tahunan
    Satu bulan satu pilar Panca Cinta + satu proyek besar kokurikuler + satu asesmen formatif berbasis PPA Revisi 2025.
  3. Pelatihan Internal 2 Jam/Bulan
    Baca bersama satu regulasi, lalu langsung praktekkan di kelas minggu depannya.

C. Untuk Orang Tua

  1. Grup WA “Rumah Cinta”
    Setiap Jumat malam guru kirim satu foto + satu kalimat: “Minggu ini anak-anak belajar cinta Allah lewat ayat tentang rahmat air. Di rumah bisa dilanjutkan dengan…”
  2. Jurnal Cinta Keluarga
    Satu halaman per minggu: foto kegiatan rumah yang selaras dengan pilar cinta minggu itu.
  3. Doa Penyelaras
    Sebelum tidur: “Ya Allah, selaraskan hati kami dengan semua regulasi-Mu dan regulasi negeri ini, agar anak kami tumbuh dalam cinta-Mu.”

Contoh Nyata di Madrasah/Sekolah

MI Terpadu Ar-Rahmah Surabaya sejak Agustus 2025 menerapkan “Peta Cinta” satu halaman.
Hasil:

  • Guru tidak lagi bingung “ini regulasi mana”
  • Anak-anak pulang membawa portofolio berisi lukisan, rekaman murottal, dan catatan “Hari ini aku mencintai Allah lewat…”
  • Orang tua yang awalnya protes “kok proyek banyak” kini malah minta tema proyek lebih awal
  • Pengawas Kemenag dan Dinas Pendidikan yang datang justru menangis haru: “Ini baru madrasah yang hidup!”

Bagian NLP / Neurosains / Kesadaran

Ketika semua regulasi diselaraskan dalam satu narasi “cinta”, otak guru dan orang tua berhenti mengalami cognitive dissonance—kortisol turun, dopamin naik, motivasi intrinsik muncul. Anchoring terjadi setiap kali melihat “Peta Cinta” satu halaman itu—otak langsung mengaitkan “regulasi = kemudahan, bukan beban”. Future pacing terbentuk saat kita membayangkan anak lulus 2035 dengan akhlak mulia. Kesadaran bahwa semua regulasi ini adalah amanah Allah (QS Al-Baqarah: 30) menjaga niat tetap ikhlas.

Ringkasan Poin Penting (Tabel Ringkasan)

RegulasiIntiCara Hidupkan dalam Cinta
Kepdirjen 6077/2025Panca Cinta1 pilar per minggu
PPA Revisi 2025Asesmen formatifPortofolio + surat cinta guru
Panduan Kokurikuler 2025Proyek penguatan profil1 tema besar per semester
Panduan STEM 2025Pembelajaran integratifProyek nyata berbasis ayat
Permendikdasmen 10, 12, 13/2025Standar kompetensi & isiTulis ulang CP dengan bahasa hati
Permendikbudristek 16 & 21/2022Standar proses & penilaianRitual cinta + pujian proses

Ajakan Refleksi

Malam ini, ambillah semua file regulasi di HP Anda.
Buka satu per satu, lalu tutup mata sebentar. Bisikkan:
“Ya Allah, jadikan semua aturan ini mudah kami jalani dengan cinta.”

Lalu buka kertas kosong, tulis satu kalimat visi madrasah/rumah Anda tahun ini.
Itu adalah langkah pertama menyelaraskan semua regulasi menjadi satu napas cinta yang sama.

Apa satu kalimat visi yang akan Anda tulis malam ini?
Mulailah dari satu kalimat—karena ketika hati sudah selaras, semua regulasi akan mengalir seperti sungai yang bermuara ke lautan cinta Allah.