Pengantar: Mengapa Intrakurikuler Saja Tidak Cukup?
Selama bertahun-tahun, guru madrasah sering merasa terbelah: di satu sisi ada tuntutan mengajar mata pelajaran wajib (intrakurikuler) dengan target capaian pembelajaran yang ketat, di sisi lain ada keinginan membentuk karakter murid melalui kegiatan ekstrakurikuler, pramuka, seni, atau proyek sosial. Hasilnya? Waktu terasa habis untuk “mengajar buku”, sementara penguatan karakter, kreativitas, dan nilai cinta hanya menjadi kegiatan tambahan yang sering terpinggirkan. Kurikulum Madrasah 2025 mengakhiri dualisme itu. Dengan mengintegrasikan intrakurikuler dan kokurikuler secara organik, madrasah kini memiliki ruang untuk menciptakan pembelajaran yang utuh—di mana ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan karakter berjalan dalam satu napas.
Ringkasan Regulatif: Dasar Hukum Integrasi yang Kuat
Integrasi ini bukan sekadar ide kreatif guru, melainkan amanat regulasi nasional dan khusus madrasah tahun 2025 yang saling melengkapi.
- KMA Nomor 1503 Tahun 2025 secara eksplisit menyempurnakan implementasi kurikulum madrasah dengan menekankan pembelajaran mendalam dan Kurikulum Berbasis Cinta yang menggabungkan intrakurikuler dengan kegiatan kokurikuler sebagai satu kesatuan.
- Keputusan Dirjen Pendis Nomor 6077 Tahun 2025 (Panduan Kurikulum Berbasis Cinta) menegaskan bahwa nilai cinta, harmoni, dan kebhinekaan harus diwujudkan melalui proyek penguatan yang bersifat kokurikuler sekaligus mendukung capaian intrakurikuler.
- Panduan Kokurikuler 2025 (BSKAP) menjadi acuan resmi bagi seluruh satuan pendidikan—termasuk madrasah—untuk melaksanakan kegiatan diferensiasi, personalisasi, dan proyek penguatan profil pelajar Pancasila yang terintegrasi dengan muatan wajib.
- Panduan Pembelajaran dan Asesmen Edisi Revisi 2025 menjelaskan bahwa kokurikuler bukan lagi “ekstra”, melainkan bagian dari proses pembelajaran yang berkontribusi pada pencapaian Capaian Pembelajaran (Kepka BSKAP Nomor 046/H/KR/2025).
- Panduan Pembelajaran STEM 2025 memberikan contoh konkret bagaimana proyek kokurikuler dapat menjadi wahana aplikasi ilmu sains, teknologi, enjiniring, dan matematika yang diajarkan secara intrakurikuler.
Dengan demikian, integrasi ini bukan tambahan beban, melainkan pembebasan—guru madrasah kini memiliki payung hukum untuk mengalokasikan hingga 30–40% jam pembelajaran efektif untuk kegiatan kokurikuler yang mendalam.
Esensi Penggabungan: Dari “Mata Pelajaran” ke “Pengalaman Belajar Utuh”
Intrakurikuler memberikan fondasi pengetahuan dan keterampilan dasar. Kokurikuler memberikan konteks, aplikasi, dan penguatan karakter. Ketika keduanya digabung, lahir pengalaman belajar utuh yang mencerminkan delapan dimensi Profil Pelajar Pancasila: beriman, bertakwa, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, kreatif, dan berintegritas.
Di madrasah, penggabungan ini diperkaya dengan nilai cinta (Kurikulum Berbasis Cinta): cinta kepada Allah, Rasul, sesama manusia, alam semesta, dan ilmu pengetahuan. Hasilnya adalah pembelajaran yang tidak lagi terpisah antara “pelajaran agama” dan “pelajaran umum”, melainkan satu alur yang mengalir dari hati ke akal, dari akal ke tindakan nyata.
Implikasi bagi Guru dan Madrasah
- Beban Administrasi Berkurang
Rencana pembelajaran (RP) kini cukup satu dokumen yang mencakup intrakurikuler dan kokurikuler (modul proyek). Tidak ada lagi RP terpisah untuk ekstrakurikuler. - Fleksibilitas Alokasi Waktu
Guru dapat mengalokasikan 2–4 jam per minggu untuk proyek kokurikuler yang tetap berkontribusi pada capaian pembelajaran mata pelajaran wajib. - Asesmen Menjadi Lebih Autentik
Portofolio proyek kokurikuler dapat menjadi bukti pencapaian CP intrakurikuler, sesuai Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022 tentang Standar Penilaian. - Pembentukan Karakter Terukur
Rubrik kokurikuler secara eksplisit mengukur dimensi afektif dan psikomotorik Profil Pelajar Pancasila serta nilai cinta dan harmoni.
Strategi Implementatif Praktis
Langkah 1: Mapping Capaian Pembelajaran
Gunakan Tabel Pemetaan CP Intrakurikuler vs Kokurikuler (contoh sederhana):
| Fase | CP Intrakurikuler (misal IPA Kelas 7) | Kontribusi Kokurikuler (Proyek) |
|---|---|---|
| D | Memahami sistem tata surya | Membuat model tata surya dari bahan daur ulang + refleksi “cinta kepada ciptaan Allah” |
| E | Memahami energi terbarukan | Merancang turbin angin sederhana + kampanye hemat energi di madrasah |
Langkah 2: Desain Modul Proyek Terintegrasi
Satu modul proyek dapat memenuhi beberapa CP sekaligus dari mata pelajaran berbeda (IPA, PPKn, PAI, Matematika, Seni Budaya).
Langkah 3: Jadwal Mingguan yang Seimbang
Contoh alokasi waktu kelas 8 MTs (30 jam/minggu):
- 20 jam intrakurikuler klasikal
- 8–10 jam kokurikuler (proyek + klub minat bakat)
- 2 jam refleksi & asesmen bersama
Langkah 4: Asesmen Terintegrasi
Gunakan rubrik 4 skala yang mencakup:
- Konten pengetahuan (intrakurikuler)
- Proses kolaborasi & kreativitas (kokurikuler)
- Sikap cinta, harmoni, dan integritas (Kurikulum Berbasis Cinta)
Contoh Nyata di Madrasah Tsanawiyah
Proyek “Madrasahku Ramah Lingkungan” (Semester Genap Kelas 8)
Durasi: 12 minggu (2 jam/minggu kokurikuler + terintegrasi IPA, PAI, PPKn)
Tujuan Intrakurikuler
- IPA: Memahami daur ulang dan energi terbarukan
- PAI: Memahami konsep khalifah fil ardhi dan cinta lingkungan
- PPKn: Tanggung jawab warga negara terhadap lingkungan
Kegiatan Kokurikuler
- Audit sampah madrasah
- Membuat kompos & bank sampah
- Merancang panel surya sederhana (STEM)
- Kampanye “Cinta Bumi” melalui seni mural & dakwah digital
Hasil
- Murid berhasil mengurangi sampah plastik 65% di madrasah
- Portofolio proyek menjadi bukti pencapaian 7 CP berbeda
- Refleksi akhir: “Saya belajar bahwa mencintai Allah juga berarti mencintai bumi ciptaan-Nya.”
Proyek ini memenuhi amanat Panduan Kokurikuler 2025 sekaligus Kurikulum Berbasis Cinta tanpa menambah jam pelajaran baru.
Dukungan Neurosains: Mengapa Integrasi Ini Efektif
Ketika murid mengerjakan proyek kokurikuler yang bermakna, otak melepaskan dopamin dan oksitosin—hormon yang meningkatkan motivasi intrinsik dan ikatan sosial. Neuroplasticity meningkat karena pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) membentuk jalur saraf yang lebih kuat daripada hafalan pasif. Refleksi nilai cinta di akhir proyek memperkuat amygdala dan prefrontal cortex, sehingga regulasi emosi dan empati anak meningkat secara nyata.
Kesimpulan: Madrasah yang Hidup dan Bernyawa
Menggabungkan intrakurikuler dan kokurikuler bukan lagi pilihan, melainkan keniscayaan Kurikulum Madrasah 2025. Dengan fondasi regulasi yang kokoh—dari KMA 1503, Panduan Kokurikuler, hingga Panduan STEM—guru madrasah kini memiliki kebebasan untuk menciptakan pembelajaran yang utuh: ilmu yang hidup, karakter yang terbentuk, dan cinta yang nyata.
Mari mulai dari satu proyek kecil semester ini. Satu proyek yang membuat murid pulang ke rumah dengan cerita, bukan hanya PR. Satu proyek yang membuat madrasah bukan lagi sekadar tempat belajar, tapi tempat anak-anak jatuh cinta pada ilmu dan sesama. Karena itulah madrasah yang kita impikan—madrasah yang tidak hanya mengajar, tapi juga mendidik jiwa.