Di akhir semester atau akhir fase, evaluasi sumatif sering dianggap sebagai “hari kiamat kecil” bagi murid — ujian besar, nilai akhir, rapor yang menentukan naik kelas atau tidak. Namun, dalam kerangka pendidikan nasional 2025, evaluasi sumatif telah bertransformasi menjadi penutup perjalanan belajar yang penuh makna, autentik, dan manusiawi. Ia bukan lagi alat untuk “menyaring” murid, melainkan cermin yang jujur mencerminkan seberapa jauh murid telah bertumbuh dalam dimensi sikap, pengetahuan, keterampilan, serta profil lulusan Pancasila yang utuh.

Artikel ini menjelaskan bagaimana evaluasi sumatif 2025 dirancang agar tetap selaras dengan semangat pembelajaran mendalam, kokurikuler, STEM, dan kurikulum berbasis cinta di madrasah — sehingga guru, kepala sekolah, pengawas, maupun orang tua dapat melihatnya sebagai momen refleksi bersama, bukan ancaman.

Memahami Esensi Evaluasi Sumatif dalam Kerangka Pendidikan Nasional 2025

Evaluasi sumatif adalah penilaian di akhir satuan pembelajaran (akhir semester, akhir fase, atau akhir jenjang) yang bertujuan mengukur pencapaian kompetensi lulusan secara holistik. Berbeda dengan era sebelumnya yang didominasi ujian tertulis berbasis hafalan, evaluasi sumatif 2025 menekankan:

  • Autentisitas: tugas nyata yang mencerminkan kehidupan sebenarnya
  • Holistik: mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terintegrasi
  • Berbasis bukti: portofolio, proyek kokurikuler, produk STEM, dan refleksi diri menjadi komponen utama
  • Deskripsi naratif: laporan hasil belajar tidak lagi hanya angka, melainkan cerita kemajuan murid

Pendekatan ini memastikan bahwa evaluasi sumatif menjadi penutup yang memperkuat, bukan melemahkan, motivasi internal murid untuk terus belajar sepanjang hayat.

Ringkasan Regulatatif: Fondasi Evaluasi Sumatif 2025

Semua regulasi 2022–2025 saling menguatkan agar evaluasi sumatif tidak lagi terisolasi dari proses pembelajaran sehari-hari:

  • Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022 tentang Standar Penilaian: evaluasi sumatif wajib berbasis asesmen autentik, portofolio, dan proyek.
  • Permendikdasmen No. 10 Tahun 2025 tentang Standar Kompetensi Lulusan: akhir fase harus mengukur pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terintegrasi.
  • Kepka BSKAP No. 046/H/KR/2025 tentang Capaian Pembelajaran: acuan utama guru dalam menentukan indikator akhir fase.
  • Panduan Pembelajaran dan Asesmen Edisi Revisi 2025: evaluasi sumatif wajib memasukkan bukti dari asesmen formatif dan kokurikuler.
  • Panduan Kokurikuler 2025 & Panduan Pembelajaran STEM 2025: proyek kokurikuler dan STEM menjadi komponen wajib evaluasi sumatif (minimal 30–40 % bobot).
  • Kepdirjen Pendis No. 6077 Tahun 2025 & KMA No. 1503 Tahun 2025: di madrasah, evaluasi sumatif harus mencakup dimensi cinta, moderasi beragama, dan pembiasaan akhlak mulia.

Regulasi-regulasi ini menjamin bahwa tidak ada lagi “ujian mendadak” yang membuat murid trauma.

Implikasi bagi Sekolah dan Madrasah

  • Evaluasi sumatif menjadi momen refleksi bersama seluruh warga sekolah, bukan hanya urusan guru mata pelajaran.
  • Sekolah wajib menyusun instrumen sumatif yang mengintegrasikan kokurikuler dan STEM sejak awal tahun ajaran.
  • Di madrasah, rapor akhir fase mencakup capaian spiritual (pembiasaan salat, tilawah, akhlak) dengan bobot setara mata pelajaran umum.
  • Orang tua menerima rapor berupa deskripsi naratif panjang + grafik kemajuan, bukan hanya angka.

Strategi Implementatif Praktis: 6 Langkah Merancang Evaluasi Sumatif yang Bermakna

  1. Mulai dari Akhir (Backward Design)
    Lihat Capaian Pembelajaran akhir fase → tentukan bukti pencapaian yang diinginkan → rancang proyek kokurikuler/STEM sebagai tugas sumatif utama.
  2. Gabungkan Portofolio Sepanjang Semester
    Kumpulkan “karya terbaik” murid dari asesmen formatif, kokurikuler, dan STEM → jadikan 50–60 % bobot sumatif.
  3. Desain Tugas Akhir yang Autentik
    Contoh:
    • SD: Buat produk daur ulang + presentasi dampak lingkungan
    • SMP/MTs: Rancang kampanye moderasi beragama di media sosial
    • SMA/MA: Proyek riset energi terbarukan + proposal ke pemerintah daerah
  4. Gunakan Rubrik Holistik
    Rubrik mencakup 4 dimensi:
    • Sikap (gotong royong, mandiri, beriman)
    • Pengetahuan (pemahaman konsep)
    • Keterampilan (proses & produk)
    • Refleksi diri murid
  5. Libatkan Murid dalam Penilaian (Self & Peer Assessment)
    Murid menilai dirinya sendiri dan teman dengan rubrik → hasilnya dimasukkan sebagai bagian sumatif.
  6. Tulis Deskripsi Naratif Akhir Fase yang Menginspirasi
    Contoh:
    “Sepanjang fase ini, Aisyah telah menunjukkan pertumbuhan luar biasa dalam dimensi olah hati melalui proyek moderasi beragama. Ia mampu menginisiasi dialog lintas agama di sekolah dan menulis refleksi yang mendalam tentang makna kasih sayang antarmanusia. Kemampuan berpikir kritisnya juga terlihat saat merancang poster kampanye dengan data valid. Aisyah siap melangkah ke fase berikutnya dengan bekal karakter yang kuat.”

Contoh Nyata Evaluasi Sumatif 2025 di Berbagai Jenjang

PAUD
Tugas sumatif: “Ceritakan perjalananmu menjadi teman yang baik” melalui buku cerita gambar + rekaman suara. Guru nilai sikap sosial + kemampuan bercerita.

SD Kelas 6 (Akhir Fase C)
Proyek kokurikuler: “Desa Ramah Lingkungan”. Murid membuat maket desa dengan energi terbarukan + presentasi + refleksi tertulis. Bobot 70 % sumatif IPA, PPKn, dan kokurikuler.

MTs Kelas 9 (Akhir Fase E)
Proyek integratif: “Moderasi Beragama di Era Digital”. Murid membuat podcast + infografis ayat-ayat toleransi + wawancara tokoh agama. Dinilai untuk Agama Islam, PPKn, dan kokurikuler.

SMA/MA Kelas 12
Portofolio akhir + proyek capstone: “Solusi Nyata untuk Indonesia 2045”. Murid mempresentasikan riset interdisipliner (STEM + sosial + agama) di depan panel guru, orang tua, dan masyarakat.

Tabel Ringkasan Komposisi Evaluasi Sumatif Ideal 2025

KomponenProporsi IdealContoh Instrumen
Portofolio proses40–50 %Karya terbaik sepanjang semester
Proyek kokurikuler/STEM30–40 %Produk + presentasi + refleksi
Tugas autentik akhir20–30 %Riset, kampanye, karya seni
Refleksi diri & peer10–15 %Jurnal akhir fase
Deskripsi naratif guruNaratif utamaCerita kemajuan holistik

Menuju Generasi yang Siap Melangkah dengan Keyakinan

Evaluasi sumatif 2025 bukan lagi “ujian penentu nasib”, melainkan upacara kelulusan kecil yang merayakan perjalanan murid. Ketika murid menerima rapor berisi cerita kemajuan mereka — disertai bukti nyata dari proyek kokurikuler, STEM, dan pembiasaan cinta di madrasah — mereka akan melangkah ke fase berikutnya dengan hati yang penuh syukur dan percaya diri.

Bagi guru, ini adalah momen untuk bangga melihat buah dari pendampingan setahun penuh.
Bagi orang tua, ini adalah bukti nyata bahwa anak mereka tumbuh menjadi manusia utuh.
Bagi murid, ini adalah pengingat: “Saya mampu. Saya berharga. Saya siap menghadapi dunia.”

Inilah wajah baru evaluasi sumatif Indonesia 2025 — penutup yang membuka pintu masa depan dengan penuh rahmat dan harapan.