Pengantar: Nilai Angka Tidak Bisa Mengukur Cinta

Seorang guru MTs menangis di ruang guru.
Bukan karena muridnya mendapat nilai rendah, tapi karena di lembar refleksi proyek akhir, seorang murid menulis:
“Bu, sebelum proyek ini saya tidak pernah merasa dicintai di madrasah. Setelah membuat panel surya bersama teman-teman, saya baru sadar bahwa mencintai teman itu lebih penting daripada nilai 100.”

Itulah kekuatan asesmen formatif berbasis projek di Kurikulum Madrasah 2025.
Ia tidak lagi hanya mengukur “berapa banyak yang kamu hafal”, tapi “seberapa dalam kamu memahami, seberapa luas kamu peduli, dan seberapa tulus kamu mencintai”.

Kurikulum ini, yang diintegrasikan melalui KMA 1503 Tahun 2025 dan Kurikulum Berbasis Cinta (Kepdirjen 6077/2025), menjadikan proyek kokurikuler sebagai alat asesmen utama. Nilai akhir semester anak bukan lagi rata-rata ulangan harian, tapi portofolio proses + produk + refleksi yang mencerminkan delapan dimensi Profil Pelajar Pancasila plus nilai cinta dan harmoni.

Dasar Hukum yang Memberi Kebebasan pada Guru

  • Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022 tentang Standar Penilaian (masih berlaku penuh): asesmen formatif ≥ 70 %, sumatif ≤ 30 %.
  • Panduan Pembelajaran dan Asesmen Edisi Revisi 2025: proyek penguatan profil (kokurikuler) wajib menjadi bukti pencapaian Capaian Pembelajaran (CP).
  • Panduan Kokurikuler 2025: setiap proyek harus punya rubrik asesmen autentik yang mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap sekaligus.
  • KMA 1503/2025 & Kepdirjen 6077/2025: menambahkan dimensi “cinta” dan “harmoni” sebagai indikator yang sama pentingnya dengan akademik.

Artinya: Anda diizinkan secara hukum untuk memberikan nilai A bukan karena anak hafal rumus fisika, tapi karena anak mampu menjelaskan rumus itu dengan cinta kepada ciptaan Allah dan teman-temannya.

Prinsip Asesmen Formatif Berbasis Proyek di Madrasah 2025

PrinsipArtinya di LapanganContoh Indikator Nyata
AutentikAnak dinilai dari karya nyata, bukan soal pilihan gandaMembuat turbin angin yang benar-benar berputar
BerkelanjutanDinilai setiap minggu, bukan hanya akhir semesterCatatan observasi mingguan guru
Berbasis RefleksiAnak wajib menulis/merekam apa yang ia rasakan dan pelajariJurnal “Hari ini saya belajar bahwa…”
Mengukur Sikap CintaAda kolom khusus “cinta & harmoni” di rubrik“Selalu membantu teman yang kesulitan”
Melibatkan Orang TuaOrang tua ikut memberi catatan refleksiLembar refleksi harian yang ditandatangani bersama

Rubrik Asesmen Proyek Sederhana yang Bisa Anda Pakai Besok

(4 level – sesuai Panduan Kokurikuler 2025)

IndikatorLevel 4 (Istimewa)Level 3 (Baik)Level 2 (Cukup)Level 1 (Perlu Bimbingan)
Kontribusi PengetahuanMenjelaskan konsep dengan contoh orisinalMenjelaskan dengan benarAda kesalahan kecilBanyak salah
Kualitas Produk/ProsesProduk berfungsi + estetisProduk berfungsiProduk berfungsi sebagianTidak berfungsi
Kolaborasi & Gotong RoyongSelalu inisiatif membantu orang lainMembantu jika dimintaKadang pasifMengganggu
Sikap Cinta & Harmoni (khusus madrasah)Menunjukkan kasih sayang nyata + doa bersamaKadang menunjukkan kasih sayangJarangTidak terlihat
Refleksi Tertulis/LisanMendalam, jujur, menyentuhCukup mendalamSingkatTidak ada / tidak jujur

Bobot nilai akhir proyek:
40 % proses & kolaborasi 30 % produk 20 % refleksi 10 % sikap cinta

Contoh Nyata: Proyek “Cahaya Cinta untuk Musala” (MTs Kelas 8)

Durasi: 10 minggu (2 jam/minggu kokurikuler + terintegrasi IPA, PAI, PPKn)

MingguKegiatanAsesmen Formatif yang Dilakukan Setiap Minggu
1–2Diskusi ayat tentang cahaya & cintaObservasi + jurnal refleksi (rubrik level 1–4)
3–6Rancang & buat lampu tenaga surya dari barang bekasFoto proses + catatan “Siapa yang saya bantu hari ini?”
7–9Pasang di musala + kampanye hemat energiVideo presentasi + testimoni teman yang dibantu
10Refleksi akhir + doa bersamaEsai 1 halaman: “Apa arti cinta bagi saya setelah proyek ini?” + orang tua tandatangani

Hasil asesmen akhir semester anak ini:

  • IPA: 92
  • PAI: 95
  • PPKn: 90
    Rata-rata 92,6 → nilai rapor A
    Tapi yang lebih penting: anak ini menulis di jurnal akhir:
    “Saya sekarang shalat lebih khusyuk karena lampu musala buatan kami sendiri.”

7 Langkah Praktis Memulai Asesmen Formatif Berbasis Proyek Besok

  1. Pilih satu proyek besar semester ini (tidak perlu banyak-banyak).
  2. Buat rubrik 4 level seperti tabel di atas (fotokopi untuk semua murid).
  3. Siapkan map portofolio murid (bisa map plastik murah).
  4. Tiap Jumat sore: observasi 10 menit + foto proses + catatan singkat guru.
  5. Tiap malam Jumat: minta orang tua tandatangani satu lembar refleksi anak.
  6. Akhir proyek: anak presentasi 3 menit + doa bersama.
  7. Nilai akhir = rata-rata semua bukti formatif (sudah sah secara hukum).

Bukti yang dikumpulkan: foto, video pendek, jurnal tulis tangan, testimoni teman, tanda tangan orang tua. Tidak perlu aplikasi mahal.

Dampak Nyata yang Sudah Terjadi di Beberapa Madrasah Pelopor

MTsN di JakartaTaman Hidroponik Cinta100 % murid naik kelas, 87 % orang tua bilang anak lebih rajin shalat
MAN di KudusBank Sampah DigitalSampah plastik turun 78 %, nilai PAI rata-rata naik 18 poin
MTs Al-Amien di SumenepLampu Tenaga Surya untuk Musala0 murid putus sekolah semester ini, semua bilang “madrasah terasa rumah”

Penutup: Nilai yang Paling Tinggi Adalah Hati yang Berubah

Di Kurikulum Madrasah 2025, rapor anak tidak lagi hanya berisi angka.
Rapor anak berisi cerita. Cerita tentang bagaimana ia belajar mencintai ilmu, mencintai teman, mencintai alam, dan mencintai Allah lewat tangannya sendiri.

Ketika Anda sebagai guru memberikan nilai A karena anak mampu membuat lampu yang menerangi musala sekaligus menerangi hatinya, saat itulah Anda telah menjalankan tugas tertinggi seorang pendidik:
mengukur yang tak terukur dengan timbangan cinta.

Mulailah semester ini dengan satu proyek.
Satu rubrik.
Satu portofolio.
Satu doa bersama di akhir presentasi.

Karena di mata Allah, nilai yang paling tinggi bukan 100,
tapi satu kalimat dari anak:
“Bu… saya jadi cinta madrasah ini.”

Selamat mengasesmen dengan hati, Guru Madrasah 2025.
Anak-anak kita sedang menunggu rapor cinta dari Anda. ❤️