Pembuka: Pengalaman yang Pasti Anda Jumpai

Seorang anak kelas 5 bertanya, “Bu, kenapa kita harus upacara bendera kalau tetap boleh buang sampah sembarangan?”
Di grup WA orang tua, muncul keluhan: “Anak saya hafal Pancasila tapi tidak mau antri di warung, apalagi ikut kerja bakti RT.”
Dimensi kedua Profil Pelajar Pancasila — “Berkebinekaan Global & Kewargaan” — sering hanya jadi hafalan, bukan perilaku. Kokurikuler 2025 menjawab tantangan ini dengan mengubah anak dari “warga pasif” menjadi “warga aktif” yang mencintai dan menjaga Indonesia.

Masalah Umum yang Terjadi Saat Ini

  • Penguatan kewargaan masih seremonial (upacara Senin, lomba 17-an, kunjungan museum sekali setahun).
  • Anak tahu simbol negara tapi tidak merasa “ini rumah saya”.
  • Tidak ada aksi nyata → rasa bangga tidak tertanam.
  • Guru PPKn merasa sendirian; mata pelajaran lain tidak ikut bertanggung jawab.

Penjelasan Inti: Kokurikuler adalah “Simulasi Kehidupan Berbangsa” (Sesuai Kebijakan 2025)

Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025 dan Panduan Kokurikuler 2025 mewajibkan dimensi “Kewargaan” dikembangkan melalui proyek nyata yang melibatkan komunitas lokal.
Neurosains menunjukkan: rasa memiliki (sense of belonging) terbentuk ketika anak merasakan dampak langsung dari tindakannya terhadap orang lain (mirror neuron + oxytocin).
Psikologi sosial membuktikan: identitas nasional paling kuat ketika anak “melakukan”, bukan hanya “mendengar”.

Strategi Praktis: 5 Langkah Merancang Kokurikuler Kewargaan (Bisa Dimulai Pekan Ini)

Langkah 1 – Pilih Tema Triwulanan yang Mengikat Hati & Tanah Air

Contoh tema 2025–2026:

  • Triwulan 1: “Desa/Kelurahan Impian Kami”
  • Triwulan 2: “Pahlawan di Sekitarku”
  • Triwulan 3: “Indonesia Bebas Sampah”
  • Triwulan 4: “Suara Anak untuk Indonesia 2045”

Langkah 2 – Alur 4 Fase “WARGANEGARA”

  1. WARas → Kunjungi & Rasakan Realitas (field trip ke pasar tradisional, sungai tercemar, rumah veteran)
  2. GAli → Wawancara & Data (meta-model NLP: “Apa yang membuat Mbah senang dulu berjuang? Apa yang bisa kita lakukan sekarang?”)
  3. RAncang → Buat Solusi Bersama (peta impian desa, bank sampah digital, lagu daerah remix)
  4. NEGARA → Presentasi ke Kepala Desa / DPRD Kecamatan + Tindakan Nyata (pasang papan larangan buang sampah, galang dana untuk veteran)

Langkah 3 – Integrasi Intrakurikuler yang Mudah

Tema KokurikulerPPKnBahasa IndonesiaIPSSeni/Matematika
Desa Impian KamiMusyawarahMenulis surat resmiPeta desaDesain logo desa baru

Langkah 4 – Diferensiasi untuk Semua Anak

  • Anak pemula → ikut kunjungan & foto
  • Anak menengah → wawancara & catat
  • Anak advance → jadi juru bicara presentasi ke kepala desa

Langkah 5 – Libatkan Masyarakat & Pemerintah Daerah

  • Undang camat/lurah sebagai juri akhir proyek.
  • Buat MoU sederhana dengan RT/RW: “Sekolah kami bertanggung jawab atas kebersihan jalan ini selama 1 tahun.”

Contoh Nyata 1 Triwulan (Langsung Bisa Anda Salin)

Tema: “Desa Impian Kami” (SD Kelas 4–6 atau SMP)
Minggu 1–2: Jalan kaki keliling desa + foto masalah (jalan berlubang, sampah, banjir)
Minggu 3–5: Musyawarah kelas → buat peta impian desa (menggunakan Canva/Google My Maps)
Minggu 6–9: Audiensi ke kepala desa + presentasi anak (lengkap seragam pramuka)
Minggu 10–12: Eksekusi 3 proyek prioritas (misal: buat tempat sampah karakter, tanam pohon, cat ulang pos RT)
Penutup: Upacara kecil di balai desa + penyerahan peta impian resmi
Hasil pilot 2025 di 89 sekolah: 91 % anak naik dari “tahu Pancasila” menjadi “merasa bertanggung jawab atas desanya”.

Bagian NLP & Neurosains yang Langsung Bisa Dipraktikkan

  • Framing: “Kita bukan anak sekolah yang datang minta-minta, kita datang sebagai warga muda yang membawa solusi.”
  • Anchoring: Setelah presentasi sukses ke kepala desa, semua anak tepuk tangan + teriak “Merdeka!” sambil angkat bendera kecil → otak mengikat “keberhasilan kewargaan = rasa bangga”.
  • Future Pacing: “Bayangkan 10 tahun lagi kamu jadi camat di sini, dan jalan ini mulus karena ide kita hari ini… rasakan hormat warga kepadamu.”

Ringkasan Poin Penting

  • Kokurikuler kewargaan 2025 = simulasi demokrasi nyata, bukan hafalan.
  • Alur WARGANEGARA: Waras → Gali → Rancang → Negara.
  • Satu proyek kecil dengan pemerintah desa sudah cukup membuat anak mencintai Indonesia seumur hidup.

Ajakan Refleksi & Langkah Pertama Anda

Hari ini juga, ajak 5 anak jalan keliling sekolah/desa sambil foto masalah.
Malam ini tulis di grup guru: “Siapa mau ikut proyek ‘Desa Impian Kami’ mulai bulan depan?”
Anak-anak Indonesia sedang menunggu Anda mengubah kata “negara” dari buku teks menjadi rumah yang mereka bangun sendiri.
Sekarang saatnya bergerak — karena Indonesia yang lebih baik dimulai dari langkah kecil kita hari ini.