Pernahkah Anda masuk kelas, baru 2 menit suasana sudah seperti pasar malam? Ada yang loncat-loncat, ada yang lempar penghapus, ada yang teriak “Bu, aku duluan!”. Anda mengancam, menghukum, bahkan berteriak — tapi 10 menit kemudian kejadian berulang. Capek, frustrasi, dan muncul pertanyaan: “Apakah saya gagal jadi guru?”
Bu/Ibu Guru, kelas overaktif bukan berarti anak-anak nakal. Itu sinyal bahwa energi mereka tinggi, tapi belum disalurkan dengan benar. Teknik NLP (Neuro-Linguistic Programming) + prinsip neurosains + amanat Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025 justru mengajarkan: alihkan energi itu, jangan matikan.
Artikel ini memberikan 5 langkah konkret yang bisa Anda pakai mulai besok pagi — tanpa hukuman fisik, tanpa teriak-teriak, dan tetap mencapai pembelajaran mendalam.
Masalah Umum Kelas Overaktif
- Murid sulit diam lebih dari 3 menit
- Guru kehabisan suara dan emosi
- Pembelajaran jadi terganggu, CP tidak tercapai
- Guru merasa tidak dihormati
Padahal, anak usia SD-SMP memiliki energi motorik tinggi (neurosains: prefrontal cortex belum matang sempurna hingga usia 25 tahun). Menekan energi = menekan potensi.
Dasar Kebijakan & Landasan Ilmiah
- Permendikdasmen No. 13/2025: Pembelajaran harus berdiferensiasi sesuai gaya belajar dan karakter murid
- Panduan Pembelajaran & Asesmen 2024: Guru wajib menciptakan lingkungan belajar yang aman secara emosional
- Panduan Kokurikuler 2025: Energi murid boleh disalurkan lewat aktivitas gerak yang terintegrasi intrakurikuler
- Neurosains (Dr. Judy Willis, 2023): Energi tinggi = kadar dopamin tinggi → jika disalurkan positif, menjadi fokus luar biasa
5 Langkah Konkret Mengubah Kelas Overaktif Menjadi Kelas Super Fokus
Langkah 1 – Reframing Masuk Kelas (Framing NLP – 30 detik)
Jangan masuk dengan wajah tegang. Masuk sambil tersenyum lebar + kalimat pembuka:
“Hari ini energi kalian luar biasa tinggi ya? Mantap! Kita akan pakai energi superhero itu untuk jadi tim detektif sains terbaik se-Indonesia!”
→ Otak murid langsung bergeser dari “guru marah” menjadi “wah, energi aku dihargai!”
Langkah 2 – Anchoring “Fokus Instan” (1 menit pertama)
Latih anchor sejak hari pertama (hanya 3 kali latihan sudah permanen):
- Saat kelas mulai gaduh → tepuk tangan 3 kali (ritme: cepat-lambat-cepat)
- Semua ikut tepuk + ucapkan bersama: “FOKUS – SIAP – BELAJAR!”
- Guru angkat tangan kanan tinggi → semua diam dan angkat tangan kanan
→ Dalam 2 minggu, cukup tepuk 3 kali + angkat tangan = kelas langsung diam total.
Langkah 3 – Salurkan Energi dengan “Energy Breaker” Berbasis Meta-Model Questioning (setiap 10–12 menit)
Jangan paksa diam. Beri tugas gerak terarah:
Contoh Meta-Model untuk IPA Kelas 4 (Siklus Air):
- “Siapa yang bisa lompat seperti air hujan jatuh dari awan?” (lompat 5 kali)
- “Sekarang berlari kecil seperti aliran sungai!” (lari di tempat 10 detik)
- “Berhenti! Apa yang terjadi kalau air sungai bertemu laut?”
→ Energi tersalur, otak kembali fokus, konsep masuk lebih dalam.
Langkah 4 – Gunakan “Challenge Board” (Kokurikuler Mini)
Pasang papan kecil bertuliskan:
“Challenge Hari Ini: Kelompok paling kompak dapat bintang emas!”
Setiap kelompok diberi tugas intrakurikuler yang melibatkan gerak (misal: buat model gunung berapi dari tanah liat sambil berdiri dan diskusi).
→ Energi overaktif berubah menjadi energi kolaborasi.
Langkah 5 – Tutup dengan Positive Anchoring + Future Pacing
Akhir pelajaran (2 menit):
- Semua berdiri lingkaran, pegang bahu teman sebelahnya
- Ucapkan bersama: “Hari ini energi kami luar biasa dan kami berhasil!”
- Future pacing: “Bayangkan besok kita pakai energi ini untuk membuat roket air di halaman sekolah!”
Contoh Nyata 1 Hari (Kelas 5 – Matematika Pecahan – 2 × 35 menit)
| Waktu | Aktivitas + Teknik NLP | Hasil yang Terjadi |
|---|---|---|
| 00:00–00:30 | Reframing: “Energi kalian hari ini kayak baterai 1000 watt!” | Murid tertawa, langsung antusias |
| 00:30–01:30 | Anchoring tepuk tangan + “FOKUS – SIAP – BELAJAR!” | Kelas langsung tenang |
| 01:30–10:00 | Energy Breaker: “Lompat sebanyak ¾ dari 12!” (lompat 9 kali) | Energi tersalur, tawa, tapi terarah |
| 10:00–20:00 | Challenge Board: Kelompok buat pizza kertas, potong jadi pecahan | Semua aktif, tidak ada yang gaduh |
| 20:00–30:00 | Meta-Model: “Bagaimana kalau kita bagi pizza untuk 8 orang?” | Diskusi mendalam, CP tercapai |
| 30:00–35:00 | Positive Anchoring + lingkaran syukur | Pulang dengan senyum dan rasa bangga |
Hasil akhir hari itu:
- Tidak ada teriakan guru
- CP pecahan 100 % tercapai
- Murid pulang bilang: “Bu, besok kita main pizza lagi ya!”
Bagian Neurosains & Kesadaran Spiritual-Modern
Energi tinggi adalah anugerah Tuhan berupa dopamin alami. Jika disalurkan, ia menjadi flow state — kondisi otak paling optimal untuk belajar (Mihaly Csikszentmihalyi, 2022). Dari perspektif spiritual-modern, anak overaktif sedang menunjukkan fitrahnya sebagai makhluk dinamis yang diciptakan untuk bergerak dan mencipta.
Ringkasan Poin Penting
- Reframing → hargai energi mereka
- Anchoring → ciptakan sinyal fokus instan
- Energy Breaker + Meta-Model → salurkan, jangan tekan
- Challenge Board → ubah kompetisi jadi kolaborasi
- Positive Anchoring → akhiri dengan rasa bangga
Ajakan Refleksi untuk Anda
Besok pagi, coba satu hal saja: masuk kelas sambil tersenyum dan bilang “Energi kalian hari ini luar biasa!”
Lihat apa yang terjadi dalam 30 detik pertama.
Kelas overaktif bukan musuh. Mereka adalah pasukan superhero yang sedang menunggu Anda menjadi pemimpin bijak yang mampu mengarahkan kekuatan mereka.
Anda bisa. Mulai besok.