Pernahkah Anda membuka kelas dengan satu video pendek atau satu benda sederhana, lalu tiba-tiba seluruh anak berteriak “Bu/Pak, kok bisa begitu???” dan pelajaran 90 menit berikutnya berjalan sendiri tanpa Anda harus menjelaskan panjang lebar?
Itulah kekuatan Pendekatan Berbasis Fenomena (Phenomena-Based Learning) — cara mengajar yang menjadi ruh Kurikulum Merdeka sejak 2022 dan diperkuat lagi di Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025, Panduan Pembelajaran & Asesmen Edisi Revisi 2024, serta Panduan STEM dan Kokurikuler 2025.

Masalah Umum yang Ingin Kita Tinggalkan

Inti Solusi: 5 Langkah Pendekatan Fenomena yang Bisa Dipakai Besok Pagi

Total 60–90 menit, anak belajar sendiri 80% waktu.

Contoh Nyata yang Sudah Terbukti di Ratusan Kelas

Topik IPA Kelas 5 – Cahaya
Langkah 1: Guru masuk kelas, matikan lampu, nyalakan laser pointer kecil ke dinding → muncul titik merah. Lalu arahkan laser ke cermin kecil → titik merah “berlari” ke teman sebelah.
Anak langsung heboh: “Kok bisa pindah sendiri???”
Langkah 2–5: Dalam 1 minggu lahir projek “Rumah Cermin Ajaib” yang menghemat listrik → dipresentasikan di kokurikuler Lingkungan Hidup.

Topik PPKn Kelas 8 – Bhinneka Tunggal Ika
Langkah 1: Putar video 45 detik: anak SD dari Papua, Jawa, dan Aceh bermain sepak bola bersama sambil nyanyi lagu daerah masing-masing.
Pertanyaan anak: “Kenapa mereka tetap kompak meski beda bahasa dan adat?”
Akhirnya lahir projek kokurikuler “Festival Mini Nusantara” di sekolah.

Topik Matematika Kelas 4 – Luas & Keliling
Langkah 1: Guru bawa 2 gelas ukur. Tuang air dari gelas tinggi kurus ke gelas pendek gemuk → air “naik” meski volumenya sama.
Anak: “Kok airnya bertambah???” → Langsung eksplorasi bentuk bangun datar → projek kokurikuler “Desain Kebun Sekolah Hemat Air”.

Integrasi STEM & Kokurikuler Otomatis

Setiap fenomena selalu berujung satu projek nyata yang masuk modul P5/Kokurikuler:

Bagian Neurosains & Spiritual-Modern

Ringkasan Poin Penting

Ajakan Refleksi untuk Anda

Besok pagi, bawa satu fenomena kecil saja ke kelas — satu video 30 detik, satu benda aneh, satu foto mengejutkan.
Lalu diam saja. Biarkan anak bertanya.
Ketika Anda melihat mereka berlari sendiri mencari jawaban dan pulang membawa ide projek baru, saat itulah Anda tahu:
Anda sudah tidak lagi “mengajar” — Anda sedang membuka pintu keajaiban dunia kepada anak-anak Indonesia.

Selamat memulai pendekatan fenomena pertama Anda besok.
Anak-anak sedang menunggu “wah!” pertama dari Anda.
Anda luar biasa. Mulai sekarang.