Bayangkan anak Anda pulang sekolah dengan mata berbinar: “Bu, semester ini aku boleh pilih proyek tentang batik atau bikin sabun dari minyak jelantah!” Bukan lagi ekstrakurikuler “ikut-ikutan”, tapi tema kokurikuler pilihan yang membuat anak menunggu hari Senin. Inilah terobosan terbesar Panduan Kokurikuler 2025 yang dikeluarkan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan.
Masalah Umum Sebelum 2025
- Kokurikuler sering hanya pramuka, seni, atau olahraga—sama untuk semua anak
- Anak bosan karena tidak sesuai minat
- Guru kehabisan ide, orang tua bingung mendampingi
- Profil Pelajar Pancasila sulit tercapai karena anak tidak “nyaman” di proyeknya
Apa Itu “Tema” dalam Kokurikuler dan Mengapa Jadi Muatan Utama?
Panduan Kokurikuler 2025 menetapkan 4 tema besar wajib yang menjadi “pintu masuk” semua proyek kokurikuler:
| No | Tema Besar | Contoh Proyek Anak Usia Dini–SMA | Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang Kuat |
|---|---|---|---|
| 1 | Gaya Hidup Berkelanjutan | Membuat kompos dari sampah dapur, filter air dari botol bekas, menanam hidroponik | Peduli lingkungan, mandiri, gotong royong |
| 2 | Kearifan Lokal | Mewarnai batik motif lokal, merekam dongeng nenek, membuat alat musik tradisional | Bhineka Tunggal Ika, berakhlak mulia |
| 3 | Kewirausahaan | Jualan kue sehat buatan sendiri, membuat produk daur ulang untuk dijual | Kreatif, bernalar kritis, mandiri |
| 4 | Teknologi dan Kehidupan | Membuat robot sederhana dari kardus, aplikasi sederhana untuk lingkungan RT | Kreatif, bernalar kritis, global |
Anak boleh memilih minimal 1 tema per semester, bahkan menggabungkan 2–3 tema. Guru/orang tua hanya mendampingi, bukan menentukan.
Strategi Praktis yang Bisa Langsung Anda Terapkan
Untuk Guru
- Minggu pertama semester: Adakan “Pameran Tema”
- Siapkan 4 pojok kelas sesuai 4 tema
- Anak jalan-jalan, sentuh contoh proyek, lalu pilih tema favoritnya
- Buat “Kontrak Tema”
- Tulis: “Saya memilih tema … karena …”
- Tempel di dinding kelas
- Jadwal fleksibel: 20–30 % jam pelajaran untuk proyek tema pilihan anak
Untuk Orang Tua
- Tanya saat jemput sekolah: “Tema mana yang paling bikin kamu excited?”
- Lanjutkan di rumah:
- Tema Berkelanjutan → pisahkan sampah bersama setiap malam
- Tema Kewirausahaan → bikin lapak kecil di depan rumah akhir pekan
- Dokumentasikan: Foto/video proses → kirim ke guru sebagai portofolio kokurikuler
Contoh Nyata yang Sudah Berjalan (Bisa Anda Tiru Besok!)
- SD di Bandung — Anak kelas 4 memilih tema “Kewirausahaan + Kearifan Lokal”: membuat dan menjual keripik daun kelor khas Sunda. Hasil penjualan disumbangkan untuk tanam pohon → 3 tema tergabung sekaligus!
- SMP di Yogyakarta — Anak memilih “Teknologi dan Kehidupan”: membuat aplikasi sederhana (Scratch) untuk memetakan rumah adat di kampungnya → belajar coding sekaligus melestarikan budaya
- Rumah di Surabaya — Seorang ibu mendukung tema “Gaya Hidup Berkelanjutan”: setiap Minggu anak membuat sabun cair dari minyak jelantah bekas goreng. Kini rumah mereka zero waste minyak goreng!
Sudut Pandang Neurosains, Psikologi, dan Spiritual-Modern
- Neurosains: Pilihan tema = aktivasi prefrontal cortex → motivasi intrinsik → dopamine tinggi → anak belajar 3–5 kali lebih dalam
- Psikologi (Self-Determination Theory): Anak yang memilih sendiri tema memenuhi 3 kebutuhan dasar: autonomy, competence, relatedness
- NLP – Future Pacing: Ajak anak membayangkan: “Kalau kamu terus mengembangkan tema kewirausahaan ini, 10 tahun lagi kamu bisa punya usaha sendiri lho…”
- Spiritual-modern: Memilih tema sesuai bakat adalah cara anak mensyukuri anugerah Allah, sekaligus menjalankan amanah “khalifah fil ardhi” melalui tema yang ia cintai
Ringkasan Poin Penting
- Kokurikuler 2025 berbasis 4 tema besar pilihan anak
- Anak memilih sendiri → motivasi tinggi → pembelajaran mendalam
- Guru & orang tua berperan sebagai pendamping, bukan penentu
- Tema menjadi jembatan intrakurikuler–kokurikuler dan sekolah–rumah
- Hasil: anak tidak hanya lulus, tapi tumbuh sesuai fitrah dan passionnya
Ajakan Refleksi Malam Ini
Sebelum tidur, tanyakan pada diri sendiri (atau pada anak Anda):
“Tema mana dari keempatnya yang paling membuat hatiku bergetar?
Besok aku akan mulai satu langkah kecil di tema itu.”
Karena ketika anak belajar dari tema yang ia cintai,
ia tidak lagi “harus belajar”, tapi tidak bisa berhenti belajar.
Satu tema yang dipilih dengan hati,
akan mengubah satu generasi.
Mulai dari pilihan anak Anda, mulai semester ini.