Bayangkan Anda masuk ke sebuah ruang kelas: meja disusun lingkaran, dinding penuh kertas post-it berisi pertanyaan anak, pojok-pojok berisi alat sederhana dari barang bekas, anak-anak bergerak bebas, tertawa, bereksperimen, dan seorang guru hanya duduk di antara mereka sambil tersenyum mendengarkan. Bukan mimpi—itulah lingkungan belajar yang selaras dengan Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025, Panduan Pembelajaran & Asesmen 2024, Panduan Kokurikuler 2025, dan Panduan Pembelajaran STEM 2025.
Masalah Umum yang Masih Banyak Terjadi
- Kelas masih baris-baris seperti pabrik, anak diam, guru bicara
- Dinding kelas penuh poster “Jangan Lupa Sholat” tapi kosong dari karya anak
- Pojok kelas penuh debu, tidak ada ruang bereksperimen
- Anak takut bergerak, takut salah, takut kotor
- Rumah masih jadi tempat les dan gadget, bukan kelanjutan belajar
Apa yang Secara Resmi Diwajibkan oleh Kebijakan 2025
- Permendikdasmen 13/2025 dan Panduan Kokurikuler 2025: lingkungan belajar harus mendukung proyek kokurikuler wajib (Gaya Hidup Berkelanjutan, Kearifan Lokal, Kewirausahaan, Teknologi & Kehidupan)
- Panduan Pembelajaran & Asesmen 2024: ruang kelas harus fleksibel, inklusif, dan memungkinkan pembelajaran mendalam serta diferensiasi
- Panduan STEM 2025: setiap sekolah wajib punya “ruang maker” atau setidaknya sudut STEM dengan bahan daur ulang
- Permendikdasmen 10/2025 tentang Standar Kompetensi Lulusan: lingkungan belajar harus mendukung 8 dimensi Profil Pelajar Pancasila, termasuk kreatif, kritis, gotong royong, dan peduli lingkungan
Strategi Praktis yang Bisa Langsung Anda Lakukan (Mulai Minggu Ini!)
Untuk Guru & Kepala Sekolah
- Ubah tata letak kelas dalam 1 hari
- Susun meja lingkaran atau kelompok 4–5 orang
- Buat “Dinding Pertanyaan” dan “Dinding Karya Anak”
- Siapkan 4 pojok kokurikuler (label besar: Berkelanjutan, Kearifan Lokal, Kewirausahaan, Teknologi)
- Buat “Maker Corner” dengan budget Rp0
- Kumpulkan kardus, botol bekas, kertas koran dari rumah anak
- Tambah gunting, lem kertas, isolasi—sudah cukup untuk 100 proyek
- Jadwal “Kelas Terbuka” mingguan
- 1 jam setiap Jumat: orang tua boleh masuk, lihat anak presentasi proyek kokurikuler
- Aturan emas baru di kelas
- Boleh bergerak, boleh bicara, boleh gagal, boleh kotor
- Yang tidak boleh: meremehkan teman
Untuk Orang Tua (Lingkungan Belajar di Rumah)
- Buat “Rumah Maker” di sudut ruang keluarga
- Satu rak khusus: kardus, botol, kain perca, kertas bekas
- Label: “Di sini boleh bereksperimen!”
- Jadwal “Proyek Bersama”
- Sabtu pagi 45 menit: lanjutkan proyek kokurikuler anak dari sekolah
- Minggu sore: refleksi bersama sambil makan camilan
- Ubah ruang makan jadi ruang diskusi
- Matikan TV/handphone saat makan malam
- Tanyakan: “Hari ini kamu menemukan apa di sekolah?”
Contoh Nyata yang Sudah Berhasil
SDN di Semarang
Sebelum: kelas baris, dinding putih, anak diam.
Sesudah: meja lingkaran, dinding penuh karya daur ulang, pojok STEM dari kardus. Hasil: nilai IPA naik 23%, anak yang dulu pendiam kini jadi pembicara utama presentasi energi terbarukan.
Rumah seorang ibu di Jakarta
Sebelum: anak pulang langsung main gadget.
Sesudah: sudut ruang tamu jadi “laboratorium mini”. Anak membuat robot sederhana dari botol bekas untuk proyek kokurikuler. Ayah yang biasanya cuek ikut membantu. Kini anak tidur sambil tersenyum karena “besok mau lanjut bikin roda giginya”.
Sudut Pandang Neurosains, Psikologi, dan Spiritual-Modern
- Neurosains: lingkungan yang kaya stimulasi (banyak warna, bentuk, alat) meningkatkan koneksi sinapsis otak anak hingga 30%
- Psikologi (Teori Ecological Systems – Bronfenbrenner): anak berkembang optimal ketika semua lingkungan (sekolah-rumah-masyarakat) selaras
- NLP – Anchoring: setiap kali anak berhasil di maker corner, tepuk tangan bersama dan bilang “Ini rasa bangga karena usahamu sendiri” → anchor positif seumur hidup
- Spiritual-modern: lingkungan belajar yang ramah adalah bentuk rahmat Allah—memberi anak ruang untuk mengembangkan potensi yang Allah titipkan
Ringkasan Poin Penting
- Lingkungan belajar bukan dekorasi, tapi syarat wajib kebijakan 2025
- Kelas & rumah harus fleksibel, inklusif, penuh alat sederhana, mendukung proyek
- Mulai dari kecil: satu pojok, satu aturan baru, satu minggu
- Hasil: anak tidak hanya pintar, tapi berani bereksplorasi dan bahagia belajar
Ajakan Refleksi Malam Ini
Sebelum tidur, lihat sekeliling kelas/rumah Anda dan tanyakan:
“Apa satu perubahan kecil yang bisa saya lakukan besok pagi
agar anak-anak merasa ‘di sini aku boleh menjadi diriku yang terbaik’?”
Karena lingkungan belajar yang selaras kebijakan bukan hanya tentang aturan,
tapi tentang memberi anak ruang untuk tumbuh utuh—fisik, pikir, hati, dan jiwa.
Satu pojok yang berubah, akan mengubah satu generasi.
Mulai dari kelas Anda, mulai dari rumah Anda, mulai besok pagi.