Diva Pendidikan – Mulai tahun ajaran 2025-2026, sistem pendidikan Indonesia mengalami transformasi signifikan dengan diperkenalkannya mata pelajaran pilihan Koding dan Kecerdasan Artifisial (AI) di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025, mata pelajaran ini tersedia mulai dari kelas V SD hingga SMA/SMK, menawarkan kesempatan bagi peserta didik untuk membangun literasi digital dan kompetensi teknologi sejak dini. Artikel ini menguraikan secara komprehensif tentang struktur kurikulum, alokasi waktu, strategi implementasi, dan implikasi praktis bagi satuan pendidikan, pendidik, dan orang tua dalam mengintegrasikan pembelajaran koding dan AI ke dalam ekosistem pendidikan Indonesia.

koding dan artifisial

Apa Itu Mata Pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial dalam Kurikulum 2025?

Definisi dan Landasan Hukum

Mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial merupakan mata pelajaran pilihan yang secara resmi diperkenalkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2025. Regulasi ini mengubah Permendikbudristek No. 12 Tahun 2024, dengan menambahkan Pasal 32A yang menyatakan:

“Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, mata pelajaran pilihan Koding dan Kecerdasan Artifisial diselenggarakan Satuan Pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan menengah mulai tahun ajaran 2025-2026 secara bertahap.”

Mata pelajaran ini dirancang untuk:

  • Memperkenalkan konsep dasar pemrograman dan computational thinking
  • Membangun pemahaman tentang kecerdasan artifisial dan aplikasinya
  • Mengembangkan keterampilan problem-solving berbasis teknologi
  • Mempersiapkan peserta didik menghadapi era digital dan Society 5.0

Karakteristik sebagai Mata Pelajaran Pilihan

Berbeda dengan mata pelajaran wajib, status “pilihan” memberikan fleksibilitas:

Bagi Satuan Pendidikan:

  • Dapat menyediakan mata pelajaran ini sesuai sumber daya yang dimiliki
  • Tidak wajib membuka jika infrastruktur dan tenaga pendidik belum memadai
  • Memiliki otonomi dalam pengembangan konten kontekstual

Bagi Peserta Didik:

  • Dapat memilih mata pelajaran ini sesuai minat dan bakat
  • Tidak ada kewajiban mengambil jika tidak tertarik
  • Dapat mengalokasikan waktu belajar pada mata pelajaran pilihan lain

Status pilihan ini mencerminkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning), sejalan dengan prinsip Kurikulum Merdeka yang menekankan diferensiasi dan personalisasi pembelajaran.

Bagaimana Struktur dan Alokasi Waktu Mata Pelajaran Koding dan AI?

Jenjang Sekolah Dasar (SD/MI)

Kelas V:

  • Alokasi Intrakurikuler: 72 JP per tahun (2 JP per minggu)
  • Alokasi Kokurikuler: 0 JP
  • Total: 72 JP per tahun
  • Asumsi: 1 tahun = 36 minggu, 1 JP = 35 menit

Kelas VI:

  • Alokasi Intrakurikuler: 64 JP per tahun (2 JP per minggu)
  • Alokasi Kokurikuler: 0 JP
  • Total: 64 JP per tahun
  • Asumsi: 1 tahun = 32 minggu, 1 JP = 35 menit

Catatan Penting:

  • Peserta didik dapat memilih antara mata pelajaran Koding dan AI ATAU Muatan Lokal
  • Total JP Mata Pelajaran Wajib + Mata Pelajaran Pilihan + Muatan Lokal untuk kelas V: 1.512 JP
  • Jika memilih keduanya, beban belajar meningkat sesuai dengan total alokasi

Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)

Kelas VII dan VIII:

  • Alokasi Intrakurikuler: 72 JP per tahun (2 JP per minggu)
  • Alokasi Kokurikuler: 0 JP
  • Total: 72 JP per tahun
  • Asumsi: 1 tahun = 36 minggu, 1 JP = 40 menit

Kelas IX:

  • Alokasi Intrakurikuler: 64 JP per tahun (2 JP per minggu)
  • Alokasi Kokurikuler: 0 JP
  • Total: 64 JP per tahun
  • Asumsi: 1 tahun = 32 minggu, 1 JP = 40 menit

Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA/MA)

Kelas X:

  • Alokasi Intrakurikuler: 72 JP per tahun (2 JP per minggu)
  • Status: Mata pelajaran pilihan
  • Dapat dipilih bersama Muatan Lokal

Kelas XI dan XII:

  • Alokasi: 180 JP per tahun (5 JP per minggu)
  • Status: Salah satu dari minimal 7 mata pelajaran pilihan yang wajib disediakan sekolah
  • Peserta didik memilih 4–5 mata pelajaran pilihan (setara 20–25 JP per minggu)
  • Total alokasi mata pelajaran pilihan: 720–900 JP per tahun (kelas XI) dan 640–800 JP per tahun (kelas XII)

Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK/MAK)

Kelas X:

  • Alokasi: 72 JP per tahun (2 JP per minggu)
  • Status: Mata pelajaran pilihan
  • Konteks: Disesuaikan dengan program keahlian

Kelas XI dan XII (Program 3 Tahun):

  • Termasuk dalam Mata Pelajaran Pilihan dengan alokasi 144 JP per tahun (kelas XI) dan 64 JP per tahun (kelas XII)
  • Peserta didik memilih sesuai minat untuk berwirausaha, bekerja, atau melanjutkan pendidikan

Kelas XII (Program 4 Tahun):

  • Alokasi serupa dengan program 3 tahun
  • Kelas XIII fokus pada Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Sekolah Luar Biasa (SLB)

Untuk SMP Luar Biasa dan SMA Luar Biasa, Koding dan Kecerdasan Artifisial termasuk dalam Kelompok Keterampilan yang dapat dipilih peserta didik berkebutuhan khusus, dengan penyesuaian pada:

  • Metode pembelajaran
  • Alat bantu adaptif
  • Durasi dan intensitas sesuai hasil asesmen fungsional

Mengapa Mata Pelajaran Koding dan AI Penting bagi Peserta Didik Indonesia?

Kesesuaian dengan Pembelajaran Mendalam dan Profil Lulusan

Berdasarkan Lampiran I Permendikdasmen No. 13/2025, Kurikulum Indonesia berlandaskan pada pendekatan pembelajaran mendalam yang memuliakan peserta didik melalui suasana belajar:

  1. Berkesadaran – peserta didik aktif, mampu meregulasi diri, dan termotivasi intrinsik
  2. Bermakna – pembelajaran terhubung dengan konteks nyata dan aplikatif
  3. Menggembirakan – suasana positif, menantang, dan memotivasi

Koding dan AI berkontribusi langsung pada pencapaian delapan dimensi profil lulusan:

1. Penalaran Kritis

  • Computational thinking melatih dekomposisi masalah
  • Debugging mengajarkan identifikasi kesalahan logika
  • Algoritma melatih berpikir sistematis dan sekuensial

2. Kreativitas

  • Coding membuka ruang eksplorasi solusi inovatif
  • Projek AI mendorong desain aplikasi original
  • Integrasi seni dan teknologi (creative coding)

3. Kolaborasi

  • Pair programming dan team projects
  • Open-source contribution
  • Peer code review

4. Kemandirian

  • Self-directed learning melalui dokumentasi dan tutorial online
  • Problem-solving mandiri
  • Portofolio digital pribadi

5. Komunikasi

  • Presentasi projek teknologi
  • Dokumentasi kode yang jelas
  • Visualisasi data dan storytelling

6. Keimanan dan Ketakwaan

  • Etika teknologi dan tanggung jawab digital
  • Penggunaan AI untuk kebaikan bersama
  • Kesadaran akan dampak sosial teknologi

7. Kewargaan

  • Digital citizenship dan literasi media
  • Civic tech dan partisipasi digital
  • Kesadaran privasi dan keamanan data

8. Kesehatan

  • Kesadaran screen time dan ergonomi digital
  • Mental health dalam ekosistem digital
  • Work-life balance di era always-on

Relevansi dengan Tantangan Global dan Nasional

Transformasi Ekonomi Digital:

  • Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai USD 146 miliar pada 2025
  • Kebutuhan talenta digital meningkat 20–30% per tahun
  • Koding dan AI sebagai foundational skills untuk pekerjaan masa depan

Daya Saing Internasional:

  • PISA 2022 menunjukkan pentingnya computational thinking
  • Negara-negara ASEAN telah mengintegrasikan coding ke kurikulum nasional
  • Indonesia perlu mempercepat literasi digital untuk tidak tertinggal

Inklusi dan Kesetaraan:

  • Akses pada pembelajaran koding membuka peluang ekonomi bagi semua lapisan
  • Remote work dan freelancing mengatasi kesenjangan geografis
  • Keterampilan digital sebagai social equalizer

Bagaimana Satuan Pendidikan Mengimplementasikan Mata Pelajaran Koding dan AI?

Tahap Persiapan dan Pengembangan Kurikulum Operasional

1. Analisis Kesiapan dan Sumber Daya

Satuan pendidikan perlu melakukan audit komprehensif:

Sumber Daya Manusia:

  • Identifikasi pendidik dengan kompetensi TIK/Informatika
  • Pemetaan kebutuhan pelatihan guru
  • Kolaborasi dengan alumni/praktisi industri untuk program mentoring
  • Partnership dengan universitas atau bootcamp coding

Infrastruktur Teknologi:

  • Ketersediaan laboratorium komputer dengan spesifikasi memadai (minimal RAM 4GB, dual-core processor)
  • Koneksi internet stabil (minimal 10 Mbps)
  • Software dan platform pembelajaran (offline/online)
  • Alternatif: unplugged computing untuk fase awal atau keterbatasan akses

Anggaran:

  • Alokasi BOS/APBD untuk pengadaan perangkat
  • Hibah dari CSR perusahaan teknologi
  • Kerjasama dengan NGO atau foundation fokus edukasi teknologi

2. Penyusunan Capaian Pembelajaran Kontekstual

Meskipun belum ada Capaian Pembelajaran (CP) resmi yang ditetapkan oleh Kemendikdasmen untuk mata pelajaran Koding dan AI (per Juli 2025), satuan pendidikan dapat mengembangkan CP sementara dengan mengacu pada:

Kerangka Kompetensi:

  • Fase C (Kelas V–VI): Pengenalan konsep dasar computational thinking, visual programming (Scratch, Blockly), pengenalan robot sederhana
  • Fase D (Kelas VII–IX): Text-based programming (Python/JavaScript dasar), struktur data sederhana, pengenalan machine learning konseptual
  • Fase E (Kelas X): Pemrograman terstruktur, OOP dasar, AI ethics dan aplikasi sederhana
  • Fase F (Kelas XI–XII): Advanced programming, data science, deep learning, projek kolaboratif

Prinsip Pengembangan:

  • Kontekstual: Sesuaikan dengan kondisi lokal (smart village, e-commerce UMKM, solusi lingkungan)
  • Berbasis Projek: Problem-based learning dan project-based learning
  • Diferensiasi: Sesuaikan tingkat kesulitan dengan kemampuan peserta didik

3. Sosialisasi dan Pemilihan

Transparansi dan komunikasi efektif:

  • Info session untuk orang tua dan peserta didik tentang manfaat dan ekspektasi
  • Trial class atau open house untuk memberikan gambaran pembelajaran
  • Formulir minat yang mempertimbangkan motivasi dan kesiapan peserta didik
  • Fleksibilitas dalam perpindahan pilihan (sesuai kebijakan sekolah)

Strategi Pembelajaran yang Efektif

1. Pendekatan Pedagogis

Unplugged Computing (Fase Awal):

  • Aktivitas tanpa komputer untuk memahami algoritma (sorting cards, binary search games)
  • Cocok untuk SD atau SMP dengan keterbatasan perangkat
  • Membangun computational thinking sebelum coding

Visual Programming:

  • Platform: Scratch, Code.org, Blockly
  • Fase C–D awal
  • Mengurangi syntax barrier, fokus pada logika

Text-Based Programming:

  • Python (syntax sederhana, library AI seperti TensorFlow/Scikit-learn)
  • JavaScript (web-based, langsung terlihat output visual)
  • Fase D akhir hingga Fase F

Project-Based Learning:

  • Peserta didik membangun aplikasi nyata (chatbot sekolah, sistem absensi berbasis face recognition, game edukasi)
  • Integrasi dengan mata pelajaran lain (data science untuk IPAS, animasi untuk Seni)
  • Presentasi dan refleksi untuk membangun komunikasi dan kesadaran belajar

2. Integrasi Kokurikuler dan Ekstrakurikuler

Meskipun alokasi kokurikuler untuk Koding dan AI adalah 0 JP, pembelajaran dapat diperkuat melalui:

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat:

  • Kolaborasi lintas disiplin dalam proyek teknologi
  • Kepemimpinan dalam tim coding
  • Inisiatif pribadi dalam belajar mandiri

Ekstrakurikuler:

  • Coding club atau robotics club
  • Kompetisi coding (OSN Informatika, CodeFest, Hackathon)
  • Pengembangan game atau aplikasi untuk komunitas

3. Asesmen Autentik

Formatif:

  • Code review dan peer feedback
  • Debugging challenges
  • Mini-projects dan prototyping

Sumatif:

  • Portofolio digital (GitHub, personal website)
  • Presentasi projek akhir
  • Refleksi pembelajaran (apa yang dipelajari, kesulitan, solusi)

Kualitatif:

  • Rubrik berbasis kompetensi (pemahaman konsep, kreativitas, kolaborasi, komunikasi)
  • Narasi deskriptif dalam rapor

Apa Tantangan dan Solusi dalam Implementasi Mata Pelajaran Koding dan AI?

Tantangan Utama

1. Kesenjangan Kompetensi Pendidik

Masalah:

  • Mayoritas guru belum memiliki latar belakang formal dalam ilmu komputer atau AI
  • Pelatihan singkat tidak cukup untuk membangun pedagogical content knowledge
  • Kecemasan dan resistensi terhadap teknologi baru

Solusi:

  • Program Pelatihan Berjenjang:
    • Level 1: Literasi dasar (computational thinking, tools)
    • Level 2: Pedagogical strategies (unplugged, visual programming)
    • Level 3: Advanced topics (AI, data science)
  • Komunitas Praktik: Forum guru informatika untuk saling berbagi praktik terbaik
  • Mentoring dari Industri: Kemitraan dengan profesional IT untuk co-teaching atau workshop
  • Sertifikasi Kompetensi: Mendorong guru mengikuti sertifikasi internasional (Google IT Support, Microsoft Certified Educator)

2. Keterbatasan Infrastruktur

Masalah:

  • Sekolah di daerah 3T minim akses internet dan komputer
  • Rasio komputer:peserta didik rendah
  • Biaya pemeliharaan dan upgrade tinggi

Solusi:

  • Unplugged dan Low-Tech Options:
    • Aktivitas non-digital untuk fase awal
    • Raspberry Pi atau komputer bekas yang direhabilitasi
  • Mobile-First Approach:
    • Platform pembelajaran berbasis smartphone (Grasshopper, SoloLearn)
    • BYOD (Bring Your Own Device) dengan panduan keamanan
  • Rotasi dan Blended Learning:
    • Jadwal bergilir untuk akses lab
    • Kombinasi online-offline sesuai ketersediaan
  • Pusat Belajar Komunitas:
    • Kerjasama dengan perpustakaan digital, community center, atau warnet edukatif

3. Mindset dan Akseptansi

Masalah:

  • Orang tua dan peserta didik melihat koding sebagai “terlalu sulit” atau “hanya untuk jenius”
  • Stereotip gender (coding untuk laki-laki)
  • Prioritas pada mata pelajaran UN/seleksi PTN

Solusi:

  • Kampanye Literasi Digital:
    • Webinar, workshop orang tua tentang pentingnya koding
    • Success stories dari alumni atau role model lokal
  • Inclusivity dan Representasi:
    • Menampilkan perempuan dan minority dalam materi pembelajaran
    • Menghilangkan bias dalam contoh kasus dan narasi
  • Relevansi Karir:
    • Sesi career talk dengan data scientist, software engineer, AI researcher
    • Kunjungan industri atau virtual tour ke startup/tech companies

4. Capaian Pembelajaran dan Standarisasi

Masalah:

  • Belum ada CP resmi dari Kemendikdasmen (per Juli 2025)
  • Variasi kualitas pembelajaran antar sekolah
  • Kesulitan dalam asesmen objektif

Solusi:

  • Panduan Sementara dari Asosiasi/Komunitas:
    • Adopsi framework internasional (CSTA K-12 Computer Science Standards, ISTE Standards)
    • Konsorsium sekolah untuk menyusun CP bersama
  • Benchmark dan Best Practices:
    • Studi banding dengan sekolah yang sudah maju
    • Publikasi lesson plans dan rubrik asesmen terbuka
  • Waiting for Official Guidelines:
    • Monitoring regulasi dari Kemendikdasmen untuk CP resmi
    • Fleksibilitas untuk adaptasi saat CP resmi terbit

Peluang Strategis

1. Kemitraan Multi-Stakeholder

  • Perusahaan Teknologi: Google for Education, Microsoft Imagine Academy, AWS Educate
  • Universitas: Program pengabdian masyarakat, praktik mengajar mahasiswa
  • NGO: Indonesia Mengajar, Kampus Mengajar, komunitas coding lokal

2. Open Educational Resources (OER)

  • Platform gratis: Khan Academy, Coursera (audit mode), edX, CS50 Harvard
  • Repository lokal: GitHub Indonesia, Dicoding, Codepolitan
  • Konten berbahasa Indonesia dan konteks lokal

3. Kompetisi dan Event

  • OSN Informatika, TOKI (Tim Olimpiade Komputer Indonesia)
  • Hackathon pelajar, Game Jam, AI4Impact Challenge
  • Showcase dan exhibition sebagai motivasi dan validasi

Bagaimana Peran Orang Tua dalam Mendukung Pembelajaran Koding dan AI?

Memahami dan Memfasilitasi

1. Edukasi Diri

Orang tua tidak perlu menjadi ahli, tetapi perlu memahami:

  • Dasar-dasar computational thinking (cara berpikir terstruktur dan logis)
  • Perbedaan koding dan gaming (produktif vs konsumtif screen time)
  • Prospek karir di bidang teknologi dan data

Cara Praktis:

  • Ikut webinar atau workshop literasi digital untuk orang tua
  • Membaca artikel atau menonton video edukatif tentang AI dan coding
  • Bertanya langsung pada guru atau komunitas pendidik

2. Menyediakan Akses dan Lingkungan Kondusif

Perangkat:

  • Jika mampu, sediakan komputer atau tablet dengan spesifikasi cukup
  • Jika terbatas, atur jadwal akses bersama atau manfaatkan perpustakaan/community center
  • Pastikan aplikasi dan akun pembelajaran aman dan sesuai usia

Waktu dan Ruang:

  • Alokasikan waktu khusus untuk eksplorasi coding di luar jam sekolah
  • Ciptakan “tech corner” di rumah dengan meja dan pencahayaan memadai
  • Batasi distraksi (non-educational apps) selama sesi belajar

3. Mendorong Growth Mindset

Prinsip:

  • “Coding itu learned skill, bukan bakat bawaan”
  • Kesalahan (bug) adalah bagian dari proses pembelajaran
  • Kegigihan (grit) lebih penting daripada kepintaran instan

Cara:

  • Rayakan upaya dan proses, bukan hanya hasil akhir
  • Ceritakan kisah sukses teknolog yang dimulai dari nol
  • Dukung eksperimen dan projek personal, meski gagal

Kolaborasi dengan Sekolah

1. Komunikasi Aktif

  • Hadiri info session dan parent-teacher conference
  • Tanyakan progres dan tantangan anak
  • Berikan feedback pada kurikulum dan metode pembelajaran

2. Volunteer dan Kontribusi

  • Jika memiliki keahlian IT, tawarkan untuk guest speaker atau mentor
  • Koordinasi dengan komite sekolah untuk pengadaan sarana
  • Dukung event coding (sponsor, panitia, dokumentasi)

3. Advocacy

  • Dorong sekolah untuk menyediakan mata pelajaran ini jika belum ada
  • Suarakan pentingnya investasi pada infrastruktur digital
  • Terlibat dalam kebijakan sekolah terkait teknologi dan keamanan digital

Apa Implikasi Jangka Panjang bagi Ekosistem Pendidikan Indonesia?

Transformasi Pedagogis

1. Dari Teacher-Centered ke Learner-Centered

Koding dan AI menuntut pembelajaran aktif, kolaboratif, dan reflektif. Guru berperan sebagai:

  • Fasilitator: Membimbing eksplorasi, bukan mendikte solusi
  • Co-learner: Belajar bersama tentang teknologi terbaru
  • Curator: Menyediakan sumber belajar berkualitas dan relevan

2. Integrasi Lintas Mata Pelajaran

  • Matematika: Statistik untuk machine learning, geometri untuk graphics programming
  • IPA: Data science untuk analisis eksperimen, simulasi fenomena alam
  • IPS: Big data untuk analisis tren sosial, peta digital dan GIS
  • Bahasa: Natural language processing, analisis sentimen
  • Seni: Creative coding, generative art, musik algoritmik

3. Asesmen Berbasis Kompetensi

Pergeseran dari tes tertulis ke:

  • Portofolio digital dan projek
  • Peer assessment dan self-reflection
  • Demonstrasi keterampilan nyata (authentic assessment)

Persiapan Tenaga Kerja Masa Depan

1. Digital Literacy sebagai Foundational Skill

  • Semua pekerjaan akan tersentuh digitalisasi dan automasi
  • Koding bukan hanya untuk menjadi programmer, tetapi untuk memahami logika sistem digital
  • AI literacy penting untuk membuat keputusan berbasis data dan memahami bias algoritma

2. Entrepreneurship dan Inovasi

  • Peserta didik dapat membangun startup berbasis teknologi sejak dini
  • Kultur making dan prototyping menumbuhkan mindset inovatif
  • Akses global melalui platform digital membuka pasar internasional

3. Inklusi dan Mobilitas Sosial

  • Keterampilan koding membuka peluang remote work dan freelancing
  • Mengurangi kesenjangan kota-desa, ekonomi tinggi-rendah
  • Perempuan dan kelompok minoritas mendapat akses setara pada karir teknologi

Daya Saing Nasional

1. Kontribusi pada Ekonomi Digital

  • SDM berkualitas menarik investasi teknologi asing
  • Startup lokal berkembang dan menciptakan lapangan kerja
  • Inovasi produk dan layanan digital meningkatkan produktivitas nasional

2. Kemandirian Teknologi

  • Mengurangi ketergantungan pada tenaga ahli dan produk impor
  • Pengembangan teknologi dalam negeri (AI untuk bahasa Indonesia, solusi kontekstual lokal)
  • Kedaulatan data dan keamanan siber nasional

3. Posisi dalam Kompetisi Global

  • ASEAN dan Asia Pasifik sebagai hub talenta digital
  • Indonesia sebagai digital talent pool terbesar di regional
  • Partisipasi dalam riset dan inovasi AI global

Kesimpulan

Pengenalan mata pelajaran pilihan Koding dan Kecerdasan Artifisial dalam Permendikdasmen No. 13 Tahun 2025 merupakan langkah strategis dan mendesak dalam menyiapkan generasi Indonesia menghadapi era digital yang semakin kompleks. Dengan alokasi waktu yang proporsional mulai dari kelas V SD hingga SMA/SMK, mata pelajaran ini tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga membangun computational thinking, kreativitas, kolaborasi, dan penalaran kritis—kompetensi inti yang sejalan dengan delapan dimensi profil lulusan dan prinsip pembelajaran mendalam.

Implementasi efektif memerlukan sinergi multi-stakeholder:

  • Satuan pendidikan harus melakukan persiapan matang (SDM, infrastruktur, kurikulum operasional) dan memanfaatkan fleksibilitas status “pilihan” untuk bertahap dan kontekstual.
  • Pendidik perlu terus meningkatkan kompetensi melalui pelatihan berjenjang, komunitas praktik, dan kolaborasi dengan industri.
  • Orang tua berperan krusial dalam memfasilitasi akses, menumbuhkan growth mindset, dan berkolaborasi dengan sekolah.
  • Pemerintah dan pemangku kepentingan perlu segera menerbitkan panduan Capaian Pembelajaran resmi, memperluas akses infrastruktur, dan memfasilitasi kemitraan ekosistem pendidikan-industri-masyarakat.

Tantangan kesenjangan kompetensi guru, keterbatasan infrastruktur, dan mindset dapat diatasi melalui solusi inovatif seperti unplugged computing, mobile-first learning, komunitas praktik, dan kampanye literasi digital masif. Peluang strategis dari kemitraan, OER, dan kompetisi harus dimanfaatkan maksimal untuk mempercepat adopsi dan kualitas pembelajaran.

Dalam jangka panjang, transformasi ini akan:

  • Mengubah ekosistem pedagogis menuju pembelajaran aktif dan berbasis kompetensi
  • Mempersiapkan tenaga kerja adaptif, inovatif, dan berdaya saing global
  • Meningkatkan kontribusi Indonesia pada ekonomi digital dan inovasi teknologi
  • Mewujudkan kesetaraan akses dan mobilitas sosial melalui literasi digital

Mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial bukan sekadar penambahan konten, tetapi katalis perubahan menuju sistem pendidikan yang relevan, bermakna, dan memerdekakan.


Ajakan Bertindak

Untuk Satuan Pendidikan:

  • Segera lakukan analisis kesiapan dan mulai persiapan untuk tahun ajaran 2025–2026
  • Bentuk tim pengembang kurikulum Koding dan AI dengan melibatkan guru TIK, matematika, dan IPA
  • Jalin kemitraan dengan universitas, industri, atau NGO untuk dukungan teknis dan sumber daya

Untuk Pendidik:

  • Ikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi TIK/AI
  • Bergabung dengan komunitas praktik seperti MGMP Informatika, forum online, atau grup Telegram/WhatsApp
  • Mulai eksplorasi platform pembelajaran coding gratis untuk memahami pengalaman peserta didik

Untuk Orang Tua:

  • Diskusikan dengan anak tentang minat pada teknologi dan karir masa depan
  • Sediakan akses dan waktu untuk eksplorasi coding di rumah
  • Terlibat aktif dalam komunikasi dengan sekolah dan dukung program literasi digital

Untuk Peserta Didik:

  • Jangan takut mencoba! Coding adalah skill yang bisa dipelajari siapa saja
  • Manfaatkan sumber belajar gratis dan mulai dari yang sederhana (Scratch, Code.org)
  • Bergabung dengan klub atau komunitas coding di sekolah atau online

Untuk Pemangku Kebijakan:

  • Percepat penerbitan Capaian Pembelajaran resmi mata pelajaran Koding dan AI
  • Alokasikan anggaran khusus untuk pelatihan guru dan pengadaan infrastruktur digital
  • Fasilitasi platform kolaborasi nasional untuk berbagi praktik terbaik dan OER

Bersama-sama, kita membangun masa depan Indonesia yang cerdas, inovatif, dan berdaulat digital.


Referensi Utama: Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia. (2025). Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 13 Tahun 2025 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikdasmen. UNDUH DISINI