Daftar Isi
Diva Pendidikan – Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang diatur dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 1503 Tahun 2025 menyempurnakan pendidikan madrasah dengan menekankan nilai-nilai Panca Cinta, yaitu cinta Allah dan Rasul-Nya, cinta ilmu, cinta lingkungan, cinta diri dan sesama, serta cinta tanah air. Bagi guru dan orang tua, KBC bukan hanya kebijakan, melainkan alat praktis untuk membangun karakter holistik anak di tengah tantangan pendidikan nasional Indonesia yang semakin kompleks. Artikel ini akan membahas landasan, tujuan, dan implementasi KBC secara mendalam, dengan integrasi teori pendidikan, psikologi, dan kebijakan, untuk memberikan panduan aplikatif yang mudah diterapkan di kelas maupun rumah.

Apa Itu Kurikulum Berbasis Cinta di Madrasah?
Kurikulum Berbasis Cinta merupakan penyempurnaan kurikulum madrasah yang mengintegrasikan nilai-nilai kasih sayang sebagai pondasi pembelajaran mendalam, sebagaimana dijelaskan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6077 Tahun 2025 tentang Panduan Kurikulum Berbasis Cinta.
Definisi dan Elemen Utama KBC
KBC didefinisikan sebagai kerangka pendidikan yang menjadikan cinta sebagai jiwa dari setiap aktivitas belajar, mencakup dimensi spiritual, intelektual, sosial, dan lingkungan. Elemen utamanya meliputi:
- Panca Cinta: Lima nilai inti yang menjadi panduan, seperti cinta ilmu untuk mendorong rasa ingin tahu dan pembelajaran seumur hidup.
- Integrasi Holistik: Menggabungkan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, selaras dengan Panduan Kokurikuler 2025 dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
- Pendekatan Psikopedagogis: Berbasis pada teori pendidikan humanis, di mana cinta memfasilitasi pengembangan empati dan resiliensi siswa, sebagaimana didukung penelitian yang menunjukkan peningkatan keterlibatan siswa melalui kurikulum berbasis nilai kasih sayang (joecy.org).
Baca juga: Apa Arti Panca Cinta dalam Kurikulum Madrasah? Penjelasan Sederhana untuk Orang Tua
Apa Landasan Hukum dan Filosofis Kurikulum Berbasis Cinta?
Landasan KBC berakar pada regulasi nasional dan prinsip filosofis yang menekankan harmoni antara agama, ilmu pengetahuan, dan kehidupan sosial, untuk menciptakan pendidikan yang relevan dengan konteks Indonesia.
Landasan Hukum dari KMA 1503 dan Regulasi Terkait
KMA 1503 Tahun 2025 mengubah KMA 450 Tahun 2024, menekankan pembelajaran mendalam berbasis cinta sebagai respons terhadap kebutuhan penguatan moderasi beragama. Landasan ini selaras dengan:
- Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menuntut pendidikan karakter berbasis nilai luhur.
- Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama, yang menjadi dasar integrasi nilai cinta untuk harmoni sosial.
- Penelitian empiris menunjukkan bahwa landasan hukum semacam ini efektif dalam membangun empati siswa di madrasah, sebagaimana dibahas dalam studi tentang implementasi KBC di tingkat dasar (ojs.untika.ac.id).
Landasan Filosofis dan Psikologis
Secara filosofis, KBC berbasis pada antropologi Islam yang melihat manusia sebagai makhluk penuh kasih, diintegrasikan dengan psikologi positif seperti teori self-determination yang menekankan kebutuhan otonomi dan hubungan. Penelitian di jurnal bereputasi menunjukkan bahwa pendekatan berbasis cinta meningkatkan motivasi intrinsik siswa, dengan dampak positif pada kesejahteraan emosional. Selain itu, kerangka 5-5-5 (lima tujuan, lima landasan, lima strategi) dari panduan KBC memastikan keseimbangan antara olah hati, olah pikir, dan olah raga (ejournal.uit-lirboyo.ac.id).
Baca juga: Landasan Filosofis Kurikulum Berbasis Cinta: Bagaimana Pancasila dan Nilai Agama Terintegrasi?
Apa Tujuan Utama Kurikulum Berbasis Cinta di Madrasah?
Tujuan KBC adalah membentuk generasi yang harmonis, toleran, dan kompetitif, dengan fokus pada pengembangan karakter yang selaras dengan Pancasila dan nilai Islam.
Tujuan Pendidikan Karakter Holistik
KBC bertujuan memperkuat nilai kebhinekaan melalui Panca Cinta, seperti cinta tanah air untuk menumbuhkan nasionalisme. Studi menunjukkan bahwa tujuan ini berhasil meningkatkan toleransi siswa di madrasah, dengan peningkatan signifikan dalam interaksi sosial. Tujuan spesifik meliputi (ejournal.kopertais4.or.id):
- Membangun karakter beriman dan bertakwa melalui cinta Allah.
- Meningkatkan minat belajar melalui cinta ilmu, selaras dengan pembelajaran STEM 2025.
- Mengembangkan kesadaran lingkungan melalui cinta alam.
Implikasi untuk Pembelajaran Mendalam
Tujuan KBC juga mendukung asesmen formatif seperti dalam Panduan Pembelajaran dan Asesmen 2025, di mana guru menilai tidak hanya pengetahuan tapi juga sikap kasih sayang. Penelitian terkait blended learning dalam KBC menunjukkan peningkatan adaptasi siswa terhadap teknologi pendidikan (ojs.indopublishing.or.id).
Baca juga: Tujuan Utama KBC: Cara Guru Menerapkan Cinta Ilmu di Kelas Sehari-hari
Bagaimana Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta di Kelas dan Rumah?
Implementasi KBC memerlukan kolaborasi antara guru, orang tua, dan madrasah, dengan strategi praktis yang dapat diterapkan secara bertahap.
Strategi Implementasi di Madrasah
Guru dapat mengintegrasikan KBC melalui:
- Perencanaan Pembelajaran: Gabungkan nilai cinta dalam RPP, misalnya proyek lingkungan untuk cinta alam.
- Aktivitas Kokurikuler: Gunakan panduan kokurikuler untuk kegiatan seperti diskusi toleransi, didukung penelitian yang menunjukkan efektivitas media digital dalam KBC (journal.al-afif.org).
- Supervisi dan Evaluasi: Laporkan kemajuan secara berkala, sesuai arahan KMA 1503.
Peran Orang Tua dalam Pendukung Implementasi
Orang tua dapat mendukung di rumah melalui:
- Aktivitas harian seperti membaca cerita berbasis nilai cinta untuk memperkuat cinta ilmu.
- Kolaborasi dengan sekolah via pertemuan rutin, sebagaimana direkomendasikan dalam studi tentang kurikulum humanis (joecy.org).
- Monitoring emosional anak untuk memastikan dampak positif KBC.
Penelitian awal menunjukkan bahwa implementasi KBC di madrasah meningkatkan kualitas pendidikan dasar, meski tantangan seperti adaptasi teknologi perlu diatasi (ojs.staibanisaleh.ac.id).
Baca juga: Tantangan Implementasi KMA 1503: Tips Praktis Mengatasi di Lingkungan Madrasah Lokal
Kesimpulan
Kurikulum Berbasis Cinta melalui KMA 1503 2025 menyatukan landasan hukum, filosofis, dan psikologis untuk menciptakan pendidikan madrasah yang holistik, dengan tujuan membangun karakter anak yang penuh kasih dan kompetitif. Implementasinya yang praktis menawarkan solusi nyata bagi tantangan pendidikan nasional, didukung bukti dari penelitian bereputasi.
Baca juga: Membangun Karakter Anak melalui Kurikulum Berbasis Cinta: Strategi Holistik untuk Guru dan Orang Tua
Mulailah terapkan KBC di madrasah atau rumah Anda hari ini—diskusikan dengan rekan guru atau keluarga, dan akses panduan resmi untuk langkah awal yang efektif!
Lihat contoh perencanaan pembelajaran KBC DISINI.

